WAJO, RAKYATSULSEL - Kandidat bakal calon gubernur Sulawesi Selatan, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) mengungkap alasannya bergerak lebih dini menyambut Pemilihan Gubernur Sulsel 2024 Penjelasan ini ia beberkan menyusul banyaknya pertanyaan mengapa dirinya bergerak begitu cepat dengan menebar tanda gambar se-Sulsel, padahal pilgub baru akan dilaksanakan November 2024.
"Jadi alasan sederhana pertama, saya yakin, pileg dan pilpres yang akan dilaksanakan lebih dulu, akan mendorong ribuan caleg berbagai tingkatan dan capres-capres akan mengisi ruang darat dan udara mulai awal 2023," kata IAS di hadapan ratusan jemaah subuh dari di Kecamatan Sabbangparu, Kabupaten Wajo, Rabu (26/10/2022).
Menurut dia, saat itu, perhatian publik pasti akan terbagi karena boleh jadi Sulsel ini akan dipenuhi baliho, dan ruang maya akan diisi kampanye caleg. IAS mengatakan, saat ini, mereka yang mengisi ruang darat dan udara masih berhitung jari.
"Perhatian publik akan terfokus kepada figur yang mengisi ruang-ruang darat saat ini. Jadi, tidak salah jika saya merasa penting memanfaatkan waktu yang tersedia saat ini. Dan saya cukup bahagia, karena setelah gerakan saya ini, Alhamdulillah sudah ikut bermunculan figur-figur yang awalnya masih malu-malu," imbuh IAS.
Pertimbangan kedua, IAS merasa sangat butuh mengangkat kembali popularitas setelah sempat vakum dari dunia politik, sekaligus memperkenalkan status kekaderannya di Partai Golkar, setelah hengkang dari Partai Demokrat.
"Ini yang tak kalah penting menjadi alasan saya bergerak lebih dini. Saya merasa perlu meraba tingkat penerimaan masyarakat Sulsel kepada saya. Insyaallah saya adalah politisi rasional yang selalu berbasis survei," sambung IAS.
Suasana kultum dan dialog interaktif IAS bersama jemaah yang digagas tokoh masyarakat Wajo, Rahman Rahim ini, diisi tausiyah oleh Pengurus Dewan Masjid Indonesia Sulsel, Ustaz Erwin Baharuddin. Di bawah arahan moderator Ustaz Agustan Ranreng, Ustaz Erwin banyak menyinggung watak kepemimpinan.
"Salah satu tantangan terbesar seorang figur pemimpin itu adalah kemampuannya menghadapi berbagai kondisi. Dicaci tidak merasa terhina, dan disanjung juga tidak melambung. Dalam pilkada, biasa ada istilah black campaign (kampanye hitam). Saat diterpa hal seperti ini, kematangan seorang pemimpin akan teruji," ujar dai muda Sulsel yang juga pengurus MUI Sulsel ini.
Suasana dialog interaktif dengan jemaah semakin hangat ketika mereka bergantian menitipkan harapan kepada IAS jika mendapat rezeki menjadi gubernur agar memperhatikan infrastruktur di Wajo.
Sejumlah masjid yang sedang dalam tahap pembangunan ikut menjadi aspirasi yang dititipkan di pundak IAS kelak. IAS merespons banyaknya jemaah subuh yang ikut dalam dialog itu sebagai kekaguman.
"Ini luar biasa. Saya pernah mendengar istilah, jika ingin melihat jemaah sesungguhnya dari sebuah masjid, lihatlah jemaah subuhnya. Saya jadi saksi jemaah subuh Sabbangparu memang membanggakan," imbuh IAS. (*)