Merangkai Kepedulian

  • Bagikan
Darussalam Syamsuddin

Oleh: Darussalam Syamsuddin

KEINGINAN untuk selalu mementingkan diri sendiri, menghendaki orang lain untuk berprilaku seperti yang kita inginkan, dunia diharapkan berjalan seperti apa yang kita atur. Hal seperti inilah yang menyebabkan sehingga kegelisahan dan keresahan berkepanjangan pada diri seseorang.

Keadaan ini dapat dihilangkan dengan jalan melatih diri untuk menyingkirkan keinginan-keinginan ego kita, salah satu di antaranya adalah kebiasaan memberi dan berbagi kepada orang lain. Keengganan untuk berbagi dengan orang lain adalah wujud egoisme. Orang egois adalah orang yang hanya ingin memiliki sesuatu hal untuk dirinya sendiri, tidak pernah berpikir untuk memberi kepada orang lain.

Memberi dan berbagi terhadap sesama dapat diwujudkan misalnya memberikan sesuatu dalam bentuk harta yang kita cintai. Alquran menyebutkan “Kamu belum berbuat baik sebelum kamu menginfakkan sebagian dari apa yang kamu cintai” (QS. Ali ‘Imran/2:92).

Tidak seorang pun di antara kita yang tidak suka uang, tidak seorang pun di antara kita yang tidak senang pada makanan. Tapi uang, makanan yang kita miliki sebagian kita infakkan dengan maksud untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Salah satu wujud konkritnya adalah peduli terhadap sesama makhluk.

Dalam sebuah hadis Qudsi Tuhan berfirman, “Semua makhluk adalah keluargaku. Dan di antara makhluk-makhluk itu yang paling Aku cintai adalah mereka yang paling santun dan sayang kepada hamba-hamba-Ku yang lain, serta senang memenuhi keperluan mereka”.

Searah dengan hadis Qudsi tersebut, Nabi saw berpesan,”Semua makhluk adalah anggota keluarga Allah. Dan makhluk yang paling dicintai Allah adalah mereka yang paling berguna bagi seluruh anggota keluarga-Nya serta sering memasukkan rasa bahagia ke dalam hati mereka”.

Jika seseorang tersenyum ketika berjumpa dengan saudara, karib-kerabat, tetangga, mitra kerja, Allah akan menghitung senyumnya itu sebagai kebaikan. Kalau seseorang menyingkirkan rasa sedih, kecewa di hati saudaranya yang lain, tindakan seperti itu juga dihitung sebagai kebaikan. Memasukkan rasa bahagia ke dalam hati orang lain pun dipandang sebagai suatu kebaikan. Segala bentuk pengkhidmatan dan kepedulian kita terhadap sesama manusia, dihitung Tuhan sebagai sedekah.

Sebuah cerita di kalangan sufi mengisahkan suatu kejadian pada zaman Nabi Musa a.s. Ketika itu, Bani Israil mengundang Tuhan makan malam. Undangan itu disampaikan Musa kepada Tuhan, dan Tuhan menyanggupinya. Bani Israil lalu mempersiapkan pesta untuk menjamu Tuhan. Seorang miskin dari kejauhan mencium bau masakan yang sangat mengundang selera, kemudian ia datang menghampiri sumber bau masakan yang lezat itu.

Dalam keadaan perut lapar, si miskin meminta sedikit makanan kepada para juru masak, namun juru masak menolak karena sibuk mempersiapkan jamuan untuk Tuhan. Setelah tiba waktu makan malam, Tuhan tidak juga datang.

Esok harinya dengan perasaan kesal, Nabi Musa a.s. mengadu kepada Tuhan sambil mempertanyakan kenapa Tuhan tidak datang pada jamuan makan malam itu. Tuhan menjawab “Aku akan datang sekiranya engkau memberi makan kepada orang miskin itu. Karena dengan memberi makan kepadanya, sebenarnya engkau telah memberi makan kepada-Ku”.

Riwayat lain menyebutkan bahwa Rasulullah saw berkata, “Ada orang yang Allah berikan harta kepadanya, supaya membagi-bagikan harta tersebut kepada hamba-hamba Allah yang lain. Dan kalau ia tidak membagi-bagikannya, Allah akan mengambil harta itu dan dipindahkan kepada orang lain yang bisa membagi-bagikan hartanya kepada sesama manusia”.

Karena itu kita semua berkeinginan untuk menjadi cerek yang siap mengisi cangkir-cangkir yang menunggu untuk diisi. Kita bermohon agar Tuhan tidak melelahkan kita dalam mencari rezeki, namun melelahkan kita dalam membagi-bagikan rezeki-Nya kepada sesama.

Dalam kajian tasawuf sering terungkap bahwa jalan menuju Tuhan sebanyak napas para pencari Tuhan. Maksudnya untuk mendekati Tuhan banyak jalan yang dapat ditempuh, tapi jalan pintas menuju kepada-Nya adalah peduli terhadap sesama dengan cara memasukkan kebahagiaan ke dalam hati sesama manusia. (*)

  • Bagikan