Danny Kesal Program Longwis Pemkot Makassar Dipolitisasi Parpol

  • Bagikan
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto

MAKASSAR, RAKYATSULSEL -  Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto, Geram. Pasalnya dirinya mengaku mencium dan mengetahui jika sejumlah programnya dipolitisasi untuk kepentingan salah satu partai politik.

Salah satunya, Lorong Wisata atau Longwis diduga dipolitisasi partai tertentu. Dengan tujuan menaikkan elektoral menjelang Pemilu 2024.

Di mana ditemukan, brand Longwis di Kelurahan Bangkala,  kecamatan Manggala menggunakan  simbol partai.

"Jadi kalau saya,  Lorong Wisata tidak boleh dipolitisasi. Kan anehnya sekarang dia tuduh saya politisasi (Longwis), padahal yang tuduh itu yang politisasi sekarang. Yang tuduh politisasi Lorong Wisata dia yang pasang - pasang tanda gambar," ucap Danny Selasa, (15/11/2022).

Hanya saja Danny Pomanto enggan menyebutkan dari partai mana yang dia maksud. Namun dirinya menegaskan, bahwa program Longwis tidak boleh dipolitisasi parpol tertentu, termasuk partainya sendiri.

"Sementara Manggala yang saya dapati laporannya. Tidak boleh dipolitisasi, siapapun partainya, termasuk partai ku juga. Jangan begitu, tidak  boleh dipolitisasi," tegas Wali Kota berlatar belakang arsitek itu.

Sebelumnya, Ketua Partai Golkar Kota Makassar, Munafri Arifuddin menyoroti isu negatif yang belakangan menghujani kepemimpinan Wali Kota Makassar, Danny Pomanto.

"Di Makassar hari ini, sesuatu yang diperbincangkan hampir setiap hari berbeda-beda isunya. Dan persoalannya adalah, isunya negatif. Mulai dari keamanan hingga kenyamanan," ucap Appi belum lama ini.

Bukan tanpa alasan, Appi menyebut program-program yang dijalankan Pemkot Makassar tidak lebih dari sekadar slogan. Mulai dari Lorong Wisata, Makassar Recover, Ojol Day hingga Pakandatto.

"Kalau saya melihatnya hanya sebuah slogan, kalau slogan itu diturunkan menjadi sebuah aksi dan itu nyata, kita angkat dua jempol," ungkapnya.

Namun kenyataannya kata Appi, pengaplikasian dari program yang terbungkus melalui slogan-slogan belum maksimal dan belum dirasakan betul manfaatnya oleh masyarakat luas.

"Seribu lorong yang mungkin dibranding dengan slogan dan aksinya (pengaplikasian) sama mungkin saya tidak tahu berapa, apakah lebih 50 persen atau tidak. Tapi masih banyak lorong yang terealisasi secara tidak jelas," jelasnya. (Yad/A)

  • Bagikan