MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, memimpin Apel Gelar Pasukan Kesiapsiagaan Penanganan Bencana yang berlangsung di Lapangan Karebosi Jalan Ahmad Yani Kota Makassar, Jumat (18/11)
Andi Sudirman mengatakan memasuki peralihan cuaca saat ini dibutuhkan kewaspadaan dari seluruh pihak. Apalagi, kata dia, di wilayah Sulawesi terkhusus di Sulawesi Selatan sering mangalami bencana hydrometeorology yang merupakan bencana yang diakibatkan karena pengaruh iklim cuaca.
"Sulsel ini termasuk wilayah dalam pemetaan, saya tidak tahu pertemuan antara apa dan sebagainya. sehingga kita mmang kewaspadaan. karena sering terjadi kan, bukan cuma Sulsel tapi Sulawesi secara keseluruhan," ungkapnya Jumat (18/11).
"Seperti pernah likuifaksi di Sulteng, kemudian di Sulsel pernah longsor di Luwu Utara, di Toraja dan beberapa daerah lainnya seperti Malino kemarin," sambungnya.
Maka dari itu, kata Andi Sudirman, bahwa pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak dapat diprediksi dalam peralihan cuaca seperti saat ini.
Bahkan, kata dia, untuk beberapa wulayah di Sulsel bencana hydrometeorology telah menjadi agenda rutin.
"Apalagi ada yang sudah rutin seperti jadwal reguler yakni Wajo, dan beberapa titik di Makassar. Makanya kita penting kesiap siagaan setiap terjadi pergantian cuaca bahwa kita ini selalu ada mitigasi karena hal ini tidak dapat di prediksi, seperti di laut juga mereka kadang kadang berlayar, ombak kencang, dan sebagainya," jelasnya.
Sehingga, Andi Sudirman meminta kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Sulawesi Selatan untuk mengeluarkan surat edaran mengenai peringatan bahaya dampak dari cuaca buruk.
"Makanya saya minta tentu, di BPBD berikan sudah edaran peringatan kepada seluruh nelayan yang berlayar untuk menghitung hitung, tinggi ombak dan spesifikasi kapal yang berlayar," tutupnya.
Sementara itu, Kepala Basarnas Sulsel Djunaidi mengatakan untuk penanganan bencana di Sulsel pihaknya melakukan penjagaan selama 24 jam.
"Karena sudah diatur untuk penjagaannya dan ini untuk sekarang ini karena kebencanaan memang tidak tau dan bila mana terjadi tetap kita laksanakan penjagaan selama 24 jam," terangnya.
Lanjut, Djunaidi menyebut untuk di wilayah Sulawesi Selatan sendiri, terdapat beberapa titik yang rawan bencana, seperti Wajo, Luwu Utara, Luwu, Soppeng, Makassar, Gowa, dan Jeneponto.
"Ini rawan sekali untuk bencana banjir. Bahkan, bencana gempa bumi dan longsor disana. Sehingga kami menjaga betul selama 24 jam," tuturnya.
Adapun pos-pos penjagaan yang disiapkan di beberapa titik di Sulsel.
"Dimana yang ditangani di wilayah bugis di sana, kita punya pos namanya Bone kemudian menanganani sinjai soppeng wajo. Parepare juga ada untuk menangani di parepare dan seterusnya," sebutnya.
Tak hanya itu, demi mendukung kelancaran dalam penanganan bencana, Djunaidi mengaku banyak peralatan baru yang disiapkan. seperti mesn kapal perahu karet yang sudah tidak memiliki propeler. Sehingga, dapat digunakan untuk mengevakuasi korban bencana banjir yang volumme airnya dangkal.
"Banyak peralatan baru. Termasuk kapal, kami miliki 3 kapal untuk basarnas kemudian ada namanya mesin perahu karet. Dan itu tidak membahayakan penggunanya dan untuk yang dimuat diatasnya," tutupnya. (Sas/B)