MAKASSAR, RAKYATSULSEL — Perhelatan Kongres IX LMND sedang berlangsung di Makassar sejak 5 Desember 2022 kemarin.
Sejak wacana Kongres IX LMND disosialisasikan ke semua kolektif di daerah, Kota/Kabupaten dan Komisariat, agenda perhelatan besar LMND tersebut sudah menuai kontroversi di kalangan pengurus dan anggota.
"Eknas LMND dalam memberikan arahan Organisasi melalui SK No 097/EN-LMND/A/EW-EK-EKOM/XI/2022 sangat mepet sekali, hanya beberapa minggu saja sebelum gelaran Kongres IX berlangsung. Wajar, kawan-kawan di daerah menilai Kongres tersebut digagas secara tergesa-gesa dan tendensius," kata Abu Bakar, Ketua Wilayah LMND Banten, Minggu (11/12).
Lanjut Abu Bakar, secara kolektif, LMND Banten sendiri telah sepakat untuk tidak hadir dalam Kongres lantaran beberapa hal. Pertama, menurutnya, LMND Banten telah sejak awal menolak ketua EN LMND sekarang, dimana dalam Kongres VIII dipilih secara cacat dan tidak demokratis.
Dalam Kongres 2019 lalu itu Abu Bakar menceritakan, LMND Banten telah secara bulat tidak memilih Muhammad Asrul (Ketua EN LMND sekarang) karena dari awal ia telah menolak untuk LMND terintegrasi dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD).
Padahal menurutnya, LMND dan PRD memiliki historis yang panjang, bahkan sebelum organisasi ini didirikan untuk pertama kalinya melalui Kongres I di Bogor 1999 silam.
Setidak-tidaknya, pasca Muhammad Asrul memimpin, pembelotan terhadap partai benar terjadi kendati Kongres memutuskan LMND berafiliasi secara politik terhadap PRD. Dan nahasnya menurut Abu Bakar, pembelotan terjadi hanya sebatas kepentingan oportunisme dirinya semata.