UMI jadi Delegasi Indonesia dalam G20 Interfaith Forum di Abu Dhabi

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Rektor UMI diwakili Wakil Rektor IV UMI Dr.H.M.Ishaq Shamad, M.A menjadi salah satu delegasi Indonesia pada G20 Interfaith Forum.

Forum ini tentang “Melibatkan Komunitas Tokoh Antar Agama se Dunia: Agenda G20 dan Selanjutnya” yang diselenggarakan di bawah Perlindungan Yang Mulia Sheikh Mohammad Bin Zayed Al Nahyan, Presiden Uni Emirat Arab, digelar di Hotel Anantara Estern Mangroves Abu Dhabi (UEA) 12-13 Desember 2022.

Delegasi Indonesia lainnya, adalah Prof.Alwi Shihab, Prof.Amin Abdullah, Prof.Dr.Ruhaini, Dr.Faried, Matius Ho, dan Abd.Rahim.

Forum ini diselenggarakan bersama oleh Asosiasi Forum Antaragama G20 dan Aliansi Antaragama untuk Komunitas yang Lebih Aman menghadirkan lebih dari 100 pemimpin agama dari berbagai komunitas agama untuk mengeksplorasi agenda prioritas pada IF G20 tahun 2023," jelas Ishaq Samad.

Hasilnya forum internasional ini dapat membentuk dasar untuk kerja analitik dan dialog untuk membingkai usulan spesifik dan upaya advokasi global. Dengan latar belakang krisis global yang sangat terkait dari konflik kekerasan, hingga melebarnya ketidaksetaraan, dan perubahan iklim. Forum ini mempertemukan para pemimpin dari lebih dari 85 negara.

Pada pembukaan IF20, Dana Humaid, Presiden Interfaith Alliance for Safer Communities, dalam sambutannya menyatakan, “Terlepas dari kemajuan pesat yang terjadi dalam masyarakat kita, keyakinan tetap menjadi pilar inti komunitas dan pemimpin agama memiliki peran penting dalam memberikan solusi bagi banyak tantangan geopolitik terbesar saat ini.

Lanjut dikatakannya "kami senang dapat menyatukan pemimpin agama dan komunitas se dunia di Abu Dhabi dan menawarkan platform untuk menghasilkan ide-ide baru dan memberikan kepemimpinan global yang inovatif pada saat yang paling dibutuhkan,” harapnya.

Wakil Rektor IV UMI, M.Ishaq Shamad menyatakan topik yang dibahas di forum internasional ini mencakup melindungi orang-orang yang rentan, pemulihan COVID-19, toleransi dan pengertian, dan perubahan iklim.

Melalui serangkaian kelompok kerja dan sidang pleno, peserta dari organisasi keagamaan, badan pemerintah, dan asosiasi internasional kemudian mengeksplorasi bagaimana pemimpin agama dan komunitas dapat mendukung pembuat kebijakan global dalam mengambil tindakan yang berarti untuk melindungi komunitas yang paling rentan di dunia, sebutnya.

Selanjutnya Cole Durham, Presiden Forum Antaragama G20, dalam sambutannya menyatakan, “Ini menjadi pertemuan penting untuk merencanakan dan membentuk agenda Forum Antaragama G20 di India untuk tahun 2023.”

Acara ini menandai langkah maju yang penting bagi perjalanan delapan tahun kerja Asosiasi Antaragama G20.

"Melihat ke tahun 2023, Forum membuka proses inklusif yang berfokus pada pengalaman penting dan wawasan komunitas agama tentang isu-isu global yang tak terhitung jumlahnya,” kata Katherine Marshall, Wakil Presiden Asosiasi Antaragama G20.

Forum ini menjadi jembatan antara KTT G20 November di India dan peluncuran agenda G20 2023, dengan India sebagai tuan rumah 2023. Hasilnya menjadi dasar upaya yang berkontribusi pada agenda KTT G20 tahun 2023 dan seterusnya.

Dikatakan Forum Antaragama G20 Asosiasi Forum Antaragama G20 diluncurkan pada tahun 2014, Presidensi Australia di G20.

IF20 telah berkembang dari pertemuan akademis yang sebagian besar bertepatan dengan KTT G20 menjadi aliansi berkelanjutan dari berbagai pemimpin agama, praktisi dari organisasi kemanusiaan, pembangunan perdamaian, dan pembangunan dan sarjana.

Tujuan dasarnya adalah untuk berkontribusi dan membantu membentuk agenda global melalui pengalaman praktis dan etis serta kebijaksanaan komunitas agama yang beragam di dunia, yang seringkali absen dari forum global.

Kontribusi ekstensif dari “jaringan dari jaringan” serta suara pesan agama dan kepemimpinan para pemimpin agama terkenal dapat memperkaya musyawarah G20 dan berkontribusi, bersama dengan konstituen yang paralel dan seringkali saling terkait (masyarakat sipil, pemuda, bisnis, dll.) untuk mengatasi masalah mendesak yang dihadapi dunia dan para pemimpinnya.

Adapun Aliansi Antaragama untuk Komunitas yang Lebih Aman (IAFSC) merupakan Aliansi Antaragama untuk Komunitas yang Lebih Aman didirikan untuk memberdayakan para pemimpin agama agar bekerja demi keselamatan dan keamanan komunitas masyarakat, menangani masalah-masalah seperti pelecehan seksual anak, ekstremisme, radikalisasi, dan perdagangan manusia.

IAFSC bertujuan untuk memfasilitasi pembangunan jembatan antara pemangku kepentingan utama termasuk komunitas agama, LSM, dan pakar di berbagai bidang.

IAFSC sadar pentingnya memberdayakan para pemimpin agama, baik di tingkat kelembagaan dan akar rumput, dengan pengetahuan, dan memobilisasi mereka untuk berperan lebih aktif dalam keselamatan masyarakat, jelasnya. (*)

  • Bagikan