Jenazah Warga Blok 10 Antang Diantar ke Pemakaman Gunakan Perahu Karet

  • Bagikan
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto Bantu Evakuasi Jenazah Warga Blok 8 Perumnas Antang, Minggu (25/12). (A/Abu)

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Proses pengantaran jenazah Harun (60), warga Jalan Biola Kecamatan Manggala Makassar terpaksa menggunakan perahu karet ke titik ambulance yang kemudian akan dilanjutkan ke pemakaman.

Hal itu lantaran tempat bermukinya dikelilingi genangan air yang tingginya mencapai setengah meter (50 cm). Diketahui, almarhum meninggal karena terpeleset saat memangkas pohon.

Lurah Manggala, Arwina Aminuddin saat ditemui memaparkan kronologi kejadian pada Minggu (25/12). Berawal pagi tadi saat almarhum sedang memangkas pohon untuk mencegah pohon tumbang.

Ternyata terpeleset dan terjatuh ke tembok hingga mengenai organ vital. Tidak lama setelah itu, meninggal dunia.

"Kepalanya terbentur tembok, tadi pagi kejadiannya," ujar Arwina.

Dia melaporkan akses dari rumah terkendala tingginya air sebab dalam kondisi banjir. Olehnya disiapkan perahu karet BPBD untuk jenazah dibawa ke pemakaman.

"Saya tanya kalau memang mau bersedia dibawakan perahu karet kami siapkan, jenazah juga sudah diurus begitu juga pekuburannya sudah disiapkan," jelasnya.

Arwina melaporkan jumlah warganya yang mengungsi karena banjir sekitar 518 jiwa dan terdampak diperkirakan mencapai ribuan orang.

"Yang tinggal itu yang masih bisa bertahan. Tapi tadi malam puncaknya itu banjir sudah banyak yang mengungsi. Karena katanya nda disangka air naik secepat itu. Kalau pengalaman banjir yang kemarin bulan lalu, bulan September masih banyak bertahan. Air tidak setinggi ini, ternyata ini lebih tinggi," tutupnya.

Sementara, Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto menyampaikan, banjir di blok 8 dan 10 Perumnas Antang cukup parah. Sejumlah titik yang selama ini dapat di akses menggunakan kendaraan darat harus menggunakan perahu karet. Sehingga proses pemakaman jenazah tersebut mesti menggunakan perahu karet.

"Tadi ada kecelakaan jatuh dari pohon meninggal dan dua ibu ibu yang sakit, kita Evakuasi menggunakan perahu karet," ungkap Danny Pomanto.

"Inilah yang paling parah, yang tidak biasa mengungsi kini mengungsi, bahkan Masjid Muhajirin yang selama ini bisa diakses lewat darat, sudah terkepung dengan banjir," pungkasnya. (Abu Hamzah/Raksul/B)

  • Bagikan

Exit mobile version