MAKASSAR, RAKYATSULSEL - KPU Sulsel mengungkap alasan minimnya partisipasi pemilih di setiap pesta demokrasi. Hal ini mesti diperbaiki secepatnya mengingat Pemilu 2024 semakin dekat.
Komisioner KPU Sulsel, Uslimin mengatakan, meningkatnya partisipasi pemilih akan mengacu pada data akurat dan bersih. Misalnya, momen politik 2020 lalu di Kota Makassar terdapat 159 ribu data pemilih diduga siluman.
"Karena bisa dibayangkan, pemilihan 2020 kemarin, Makassar saja menghapus 159 ribu data pemilih.
Ketika Makassar menggunakan aplikasi E-coklit, itu dengan cepat ditemukan," kata Uslimin, Rabu (28/12).
Tak hanya itu, kata Uslimin, daftar pemilih akurat dan bersih akan dikuatkan dengan pembaharuan regulasi, termasuk UU nomor 7 tahun 2017 soal kewajiban E-KTP bagi pemilih, serta dikuatkan berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
"Kalau data 159 ribu pemilih itu tidak dihapus, jumlah orang yang datang dibagi dengan jumlah pemilih yang datang, itukan semakin rendah tingkat partisipasi," ucapnya.
Namun demikian, disebutkan Usle--sapaan akrab Uslimin, faktor tingkat partisipasi pemilih tidak hanya ditentukan daftar pemilih, melainkan kualitas calon serta kesadaran masyarakat.
"Tapi salah satu yang membuat tingkat partisipasi itu sedikit, ada kaitannya data tidak pemilih akurat, bersih dan valid," tuturnya.
Menurut Usle, dalam upaya meningkatkan partisipasi pemilih di kontestasi politik akan datang, ada empat variabel yang cukup mempengaruhi yakni regulasi, peserta, penyelenggara dan pemilih.
Sehingga dia berharap seluruh elemen memiliki partisipasi di Pemilu 2024. Dengan tujuan demokrasi lebih baik lagi.
"Ada bukan pemilih dan peserta tapi punya tugas dan tanggungjawab, yaitu TNI Polri dengan menjamin keamanan. Karena agenda Pemilu ini agenda negara, maka seluruh elemen negara berpartisipasi dan punya peran dan tanggung jawab mendongkrak partisipasi," tandasnya. (Yadi/Raksul/B)