"Karena parpol tetap perlu menyiapkan strategi dan menentukan figur-figur caleg yang akan didorong untuk bertarung di Pemilu 2024," ujar Nursandy.
Adapun Direktur Lembaga Kajian Isu-isu Strategis (LKIS) Syaifuddin menuturkan tahun ini merupakan starting politik menuju perhelatan di Pemilu 2024. Menurut dia, partai politik dan para figur akan saling mengintip sekaligus saling mempopulerkan diri, khususnya, para pimpinan daerah yang selesai masa jabatannya dan bersiap untuk menuju pertarungan periode kedua.
"Bagi mereka yang saat ini berstatus petahanan dan bagi mereka pimpinan daerah yang mau menjejaki kursi parlemen di DPR RI akan memanfaatkan momentum tahun ini dalam menyusun strategi," kata Syaifuddin.
Dia mengatakan, para kepala daerah akan mempertahankan kepercayaan, positioning, dan tingkat penerimaan di tengah masyarakat. Bagi pimpinan daerah sekaligus figur lokal menjadi modal terbesar untuk memperoleh suara. Sehingga dengan demikian parpol pun akan merebut figur dan tokoh lokal demi memperoleh basis suara.
"Ini memang gejala demokrasi deliberatif di hampir banyak tempat partai berusaha melamar tokoh untuk memenuhi syarat suara di parlemen," tuturnya.
Padahal, kata Syaifuddin, tujuan pemilu tak sebatas merebut suara, namun memikirkan bagaimana proses demokrasi itu dipahami dan diimplementasikan oleh seluruh masyarakat.
Direktur Lembaga Konsultan Politik Nurani Strategic, Nurmal Idris menyebutkan, seorang kepala daerah yang tengah berkuasa punya potensi sangat besar untuk memengaruhi pilihan pemilih di wilayahnya.
"Mereka memegang kendali atas banyak komponen penentu dalam perebutan suara," kata dia.