Ini tentunya turut berimbas positif terhadap citra partai, bahwa PKB memiliki mesin politik yang kuat dan solid serta ditopang oleh SDM partai yang tidak diragukan.
"Melalui citra ini diharapkan akan menjadi daya tarik elektoral untuk meraup suara signifikan di pemilu 2024," katanya.
Ditambahkan poin Ketiga, walaupun dalam beberapa survei, elektabilitas Cak Imin tak sebesar Prabowo, Ganjar dan Anies Baswedan.
Namun dengan memframing Cak Imin sebagai Capres, akan memperkuat daya tawar politik Cak Imin sebagai calon Wakil Presiden.
"Walaupun akhir-akhir ini Cak Imin dianggap memiliki peluang besar akan berpasangan dengan Prabowo Subianto, namun bagi saya ini sangat tergantung matang tidaknya rencana koalisi antara Partai Gerindra dan PKB," tutup dia.
Sedangkan, Direktur Lembaga Kajian Isu-isu Strategis (LKIS) Syaifuddin berpandangan Cak Imin punya basis ideologis yang kuat dari basis NU. Bahwa PKB pun lahir dari ijtima ulama NU.
Lanjut dia, iini tidak mengherankan posisi PKB berada di tiga besar setelah PDIP dan Gerindra. Basis kultural nahdiyin adalah modal terbesar Cak Imin untuk maju sebagai capres.
"Dan paling tidak ini sebagai bargaining power dgn tokoh lain termasuk prabowo dari gerindra. Bagi PKB Cak Imin adalah representasi dari NU dan pemilih ideologis Nahdiyin," katanya.
Dikatakan, peluangnya cukup besar bila ijtima ulama itu menjadi dasar kepemilihan politik terhadp PKB dari NU itu menjadi mutlak. Dengan kalkulasi brp besar secara populasi kader NU ditanah air.