Pembangunannya dikerjakan langsung oleh lembaga Asosiasi KSN Sanitasi Seluruh Indonesia (AKSANSI) dari Jakarta.
"Ini bantuan dari Unicef melalui lembaga AKSANSI kemudian disalurkan ke masyarakat untuk dimanfaatkan sarana air bersih dan mengurangi stunting," ujarnya.
Kata Armawan, selain sanitasi air bersih juga dibangun tempat penampungan tinja dari rumah warga. Namun kini sudah tak terpakai karena tak terurus.
Menurutnya, iuran yang dipungut pengelola dinilainya terlalu memberatkan warga. Padahal bantuan sanitasi air bersih tersebut dari UNICEF bukan milik perorangan yang mata airnya dari pengeboran. Bahkan lokasinya merupakan hibah dari warga setempat.
"Ini yang menjadi keluhan warga selama ini, sehingga banyak warga terpaksa memutus dan memilih mengambil air ke sungai meski jaraknya puluhan hingga ratusan meter," ujarnya.
Sementara itu, Lurah Rangas Syarifuddin menanggapi keluhan masyarakat tersebut. Bahkan pihaknya akan meninjau langsung untuk memastikan keluhan warga tersebut.
"Kalau memang dibayar ok, tidak masalah. Tapi jangan terlalu memberatkan warga, kan ini bantuan bukan milik perorangan atau kelompok," ujarnya.
Sementara pengelola sanitasi air bersih tersebut, Hasan dicoba dihubungi melalui sambungan telepon, namun sampai saat ini belum ada jawaban hingga berita ini dipublis. (Sudirman/Raksul/A)