Sulsel, Pengangguran dan Desakan Urbanisasi

  • Bagikan

OLEH: GUSTI PALUMPUN
JURNALIS

Sulsel menjelma menjadi daerah tujuan urbanisasi dengan populasi tertinggi di Indonesia timur. Jika kondisi ini tak terkendali, bakal memicu beragam problem sosial.

Sulsel akan menghadapi masalah sektoral paling pelik yaitu pengangguran. Karena urbanisasi yang datang adalah dominan kelompok dengan skill rendah.

Penduduk urban ini sulit teserap lapangan kerja di sektor riil. Karena tidak memiliki kemampuan personal yang memadai. Baik dari segi pendidikan formal maupun keterampilan.

Mereka hanya akan menjadi beban bagi daerah. Keberadaannya akan mendorong lahirnya banyak problem sosial. Akan muncul banyak tindak kriminalitas. Permukiman kumuh akan lebih padat. Karena kebanyakan mereka akan menempati strata permukiman kelas bawah.

Pengangguran di Indonesia menembus angka mengkhawatirkan. Fenomena sosial ini diprediksi juga bisa memicu tumbuhnya populasi kawasan pelacuran di kota besar.

Konsekuensi pengangguran adalah gejolak situasi sosial. Ini akan membentuk sebuah fase di mana kriminalitas jalanan akan sangat tinggi.

Saat pengangguran di desa dan di kota tumbuh, masyarakat urban akan menyerbu kota dan mencari alternatif pekerjaan. Mereka yang datang biasanya tidak dibekali skill. Dan bermukim di kawasan kawasan padat di strata marginal.

Di sini akan muncul banyak efek sosial. Kriminalitas jalanan. Juga termasuk akan mendorong lahirnya praktik praktik pelacuran.

Kenapa pelacuran tumbuh? Karena alternatif pekerjaan bagi kaum perempuan semakin sempit. Keadaan membuat perempuan menjadi korban pertama yang akan menerima efek sosiologis.

Jadi jangan heran nanti kalau tumbuh tempat tempat baru pekerja seks komersial. Dan itu akan lahir dengan berbagai kelas. Dari kelas hight sampai kelas bawah.

Tumbuhnya kawasan pelacuran akan berdampak luas. Ada multiefek negatif yang lahir di masyarakat nanti. Dan itu kata dia, tak bisa dibendung karena akan mengubah psikologi sosial.

Berbahaya sekali. Jadi tumbuhnya angka pengangguran itu efeknya besar. Bagi sebagian kaum perempuan, melacur adalah pilihan paling mungkin.

Sementara perusahaan mulai sangat selektif. Mereka menerapkan standar tinggi dalam perekrutan calon pekerja. Bukan saja skill, tapi pekerja harus ditopang oleh syarat administratif untuk bisa menembus dunia kerja.

Di masa pandemi pengangguran di Indonesia tumbuh lebih dari 2 persen hanya dalam kurun waktu 6 bulan. Pandemi yang memukul ekonomi nasional menjadi faktor paling dominan.

Pandemi membuat semua mengalami kejatuhan simultan. Daya serap lapangan kerja menurun. Kinerja industri juga terpuruk.

Tak banyak yang bisa dilakukan kecuali PHK. PHK akhirnya berimbas pada pertumbuhan angka pengangguran yang tinggi. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version