'Bisa apa kita di sana?'
Berbeda dengan Dini dan Olvah yang mengalami langsung, Tribudi Astuti menceritakan pelecehan seksual yang dialami ibunya pada 2007 lalu, ketika sedang menjalankan ibadah haji.
Ibu Tuti, panggilan akrab Tribudi Astuti, dilecehkan di pasar ketika sedang belanja oleh-oleh bersama rombongannya.
“Ada laki-laki tinggi besar, kata dia, di belakangnya sengaja banget mepet-mepet nempelin alat kelaminnya ke punggung,”
Setelah merasakan ada yang tidak beres, ibunda Tuti, yang pada waktu itu berusia 53 tahun, langsung meninggalkan tempat tersebut.
Untungnya, kata Tuti, sang ibu bisa ”mengendalikan emosinya” sehingga tidak mengalami trauma, meskipun waktu kejadian itu ibunya mengaku “takut, risih, dan jijik”.
Pengalaman buruk yang dialami oleh ibunya itu, diakui Tuti, bukan satu-satunya cerita soal pelecehan seksual yang terjadi di Tanah Suci.
“Tapi bisa apa kita di sana? Harus seperti apa kita membela diri di sana?” tuturnya.
Pengalaman-pengalaman yang dia dengar itu hanya bisa dijadikan pelajaran untuk lebih waspada ketika dirinya berkesempatan menjalankan ibadah haji atau umrah suatu hari nanti.
Namun, dia berharap pemerintah setidaknya bisa “memberikan bekal“ tentang bagaimana “menghadapi serangan pelecehan seksual bagi para calon jemaah” sebelum mereka berangkat.
"Seharusnya sih sudah kedengeran sampai ke telinga pemerintah, harusnya sih. Cuma karena mungkin dianggap tidak serius, tidak mengancam, enggak sampai keterlaluan, mungkin ya dianggapnya begitu saja mungkin ya.
"Tapi kan kita tidak tahu ada yang lebih parahkah, disembunyikan, kita kan enggak tahu," ujar Tuti.\