MAJENE, RAKYATSULSEL - Sejumlah pemuda menyampaikan rasa keprihatinannya terhadap warga yang rumahnya porak-poranda diguncang Gempa berkekuatan 6.2 skala richter di Sulawesi Barat setahun silam.
Mereka menggelar dukungan di Tugu Durian, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, berupa pembakaran lilin sebagai simbol lambannya perhatian dari pemerintah dalam menuntaskan derita warga yang rumahnya sudah jadi puing-puing dan dibangun seadanya.
Kekesalan terhadap pemerintah pun diluapkan pada Bupati Majene dan Wakilnya yang dianggap belum maksimal memberikan perhatian sekaligus penanganan korban bencana gempa bumi yang rumahnya rusak dan tidak layak huni.
"Kami berduka atas matinya perhatian, rasa empati, matinya ide dan gagasan, matinya kebijakan dari pemegang kunci, yaitu Bupati dan Wakil Bupati dalam hal penanganan dan penyelesaian dana stimulan tahap kedua," ujar Direktur Lingkar, Muhammad Syahril, Senin (31/1/23).
Keprihatinan Lembaga Independen Gerakan Rakyat (Lingkar) berlanjut dengan turun ke jalan membentangkan spanduk sekaligus memberikan bunga mawar merah kepada pengendara yang melewati jalan itu.
Mereka menitipkan pesan untuk diteruskan kepada Bupati dan Wakilnya supaya terketuk hatinya melihat kenyataan di lapangan.
"Tolong sampaikan salamnya masyarakat Malunda untuk Bupati," ujar Rusman Syam yang juga aktivis pergerakan.
Kegiatan ini diharapkan menyentuh hati bagi setiap kalangan hingga kelompok sehingga dapat memberikan solusi menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat rumahnya rusak.
"Harapan kami, Pemda, BPBD, Pansus mulai kembali melingkar (duduk bersama) membicarakan dan menyelesaikan dana stimulan secepatnya," pungkas Sahril. (*)