Menurutnya, selama ini buaya tersebut hanya berada di pinggir sungai saja. Namun Sakka tidak tahu pemicunya lantaran sempat kembali naik setelah dievakuasi pertama kali.
Kemudian pada Minggu dinihari, 11 Februari 2023, buaya dengan panjang 2 meter, juga muncul di Desa Solo Kecamatan Dua Boccoe. Buaya tersebut ditangkap warga di wilayah tappareng atau danau yang ada di desa itu.
Bagi orang Bugis pesisir kehadiran buaya telah memberi peringatan, semacam alarm sebelum dan sesudah musibah banjir. Sebagai timbal baliknya, orang-orang Bugis pesisir memiliki tradisi menghargai sungai, seperti membuang telur dalam sungai, upacara memandikan bayi di sungai (mappano ana’lolo), dan beragam lagi tradisi kuno yang nyaris tidak dijumpai lagi saat ini.
Ada anggapan dari warga sekitar sungai Walanae bahwa buaya juga menjadi penanda akan datangnya banjir atau musibah. Kehadiran buaya dalam jumlah besar yang menampakkan diri berenang dari hulu ke muara sungai Cenrana menjadi penanda akan terjadi banjir yang besar, demikian sebaliknya, jika rombongan buaya dari muara ke hulu sungai sampai danau tempe, pertanda bahwa banjir akan surut.
Tak heran kemunculan buaya ini kemudian diartikan oleh warga sebagai pertanda air sungai akan naik atau banjir. Maklum, sejak kemunculan buaya ini, hujan deras mengguyur Kabupaten Bone sejak dua hari terakhir.
Apalagi pada hari ini Senin 13 Februari, hujan deras mengguyur sebagian besar Kabupaten Bone, menyebabkan daerah yang masuk wilayah rawan banjir, kini berstatus siaga satu (1).
Sebagian besar warga yang bermukim di sepanjang aliran sungai Walannae, memang percaya adanya sang penguasa dibalik keganasan sungai terpanjang di Sulsel itu.