Sudah banyak warga yang tenggelam di sungai itu dan beberapa diantaranya di temukan di sekitar pertemuan tiga arus sungai (Sungai Walannae, Sungai Cenrana, Sungai Watu), tepatnya di Kelurahan Cenrana Kabupaten Bone, atau beberapa meter dari Jembatan Sungai Cenrana.
Sungai Walannae sendiri, berhulu di Pegunungan Bonto Tangui-Bohonglangi di perbatasan Kabupaten Bone dengan Kabupaten Gowa serta Kabupaten Maros. Sungai ini kemudian mengalir sekira 180 Km dari selatan ke utara menuju Aluvial Danau Tempe dan berbelok ke timur hingga bermuara ke Teluk Bone. Nama Walannae diambil dari nama sebuah dusun di Desa Pattuku, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone. Namun diwilayah hilir, Sungai Walannae lebih dikenal dengan nama Sungai Cenrana.
Sungai ini, merupakan salah satu urat nadi penggerak perekonomian masyarakat. Sungai ini sering dipergunakan sebagai sarana transportasi antar pulau.
Kapal-kapal yang mengangkut kayu olahan dari Sulawesi Tenggara dan Kalimantan sering melalui sungai tersebut. Sebaliknya, hasil-hasil pertanian seperti beras dari tiga kabupaten (Bone, Soppeng dan Wajo), juga diangkut oleh kapal-kapal tersebut untuk dijual ke Kalimantan, Maluku bahkan hingga ke Papua
Keangkeran kedua sungai itu sudah sangat dikenal oleh masyarakat sekitarnya, terlebih bagi warga pendatang yang ingin mempergunakan kedua sungai tersebut. Biasanya orang-orang sekitar sungai sering memperingati apabila ada orang baru yang akan menyebrangi sungai itu.
Sebagaimana penuturan Uttang, salah seorang warga Cenrana Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone yang bermukim di pinggir sungai Walanae atau sering disebut Sungai Cenrana, bahwa sudah menjadi masyarakat sekitar yang ingin melintasi sungai tersebut dianjurkan membuang telur.