BONE, RAKYATSULSEL - Duka menyelimuti keluarga Kembang (bukan nama sebenarnya). Pasalnya, gadis yang berusia 14 tahun, warga Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone ini meninggal dunia Kamis malam (17/02/2023), setelah dirawat lima (5) hari di salah satu RS di Bone.
Informasi yang berhasil dihimpun dari warga Desa Ajallase (tetangga desa korban) Kecamatan Cenrana, Buce bahwa Kembang merupakan pelajar di salah satu SMP/MTs di Kabupaten Bone, meninggal dunia akibat trauma dan depresi berat yang diduga disebabkan usai diperkosa oleh beberapa orang laki-laki.
"Awalnya korban mengeluhkan sakit kepala. Setelah itu, dibawalah ke Puskesmas berobat. Namun, setelah tiga hari di puskesmas tidak ada perubahan dari kondisi korban maka dibawalah ke RS. Itu anak (korban) takut mengaku, tetapi keluarganya curiga ada kelainan akhirnya diperiksa,” jelas Buce, Minggu (19/02).
Lebih lanjut Buce menjelaskan, setelah diperiksa terlihat ada kelainan di kelaminnya. Bahkan korban yang masih berusia 14 tahun ini, tidak bisa duduk dan BAB.
“Dia depresi berat, jadi ini diduga pelakunya bukan hanya satu orang tapi ramai-ramai,” ujar Buce.
Dari pengakuan korban kepada keluarganya, ia mengaku pelakunya berjumlah empat orang, kadang juga mengaku lima orang pelakunya.
“Akhirnya pada hari itu juga, Sabtu lalu saya bawa ke polres untuk melapor, sampai di sana kita diminta bawa visum ke rumah sakit RS M Yasin, dan orang tuanya di BAP,” tuturnya.
"Hasil visumnya, anus sama alat vitalnya hancur. Jadi ini dicurigai dilakukan rame-rame," ujarnya lagi.
"Sementara itu, orang tua korban yang dimintai keterangan oleh pihak kepolisian tidak bisa memberikan penjelasan detail ke pihak kepolisian. Sehingga menurut polisi belum bisa di proses dahulu karena hasil BAP mengambang. Dan orang tuanya ini korban tidak terlalu pintar bicara sama polisi, karena baru juga menghadapi kasus begini,” tambahnya.
Sedangkan korban dirawat di RS M Yasin agar kondisinya membaik dan depresinya tidak terlalu berat lagi sehingga bisa dimintai keterangan. Sebab, setelah kejadian, ketika ditanya jawabannya ngawur.
Menurut Buce, pihak keluarga korban saat ini berharap pihak kepolisian bisa bertindak tegas mengungkap kasus ini. Apalagi, pihak keluarga sudah ada bukti dalam bentuk rekaman suara berasal dari grup whatsapp milik korban.
Setidaknya, lanjut dia, bukti-bukti yang dikumpulkan pihak keluarga bisa ditindaklanjuti kepolisian untuk melakukan penyelidikan.
“Artinya kalau untuk pelaporannya kami sudah melapor, tetapi polisi seperti tidak ada tanggapan sama sekali sampai sekarang. Saya akan temani lagi keluarga korban melapor Senin (20 Februari),” jelasnya.
Dugaan pemerkosaan terhadap korban terungkap saat pihak orang tua curiga kemudian menginterogasi. Namun kondisi korban yang depresi membuat pihak orang tua kesulitan menggali informasi lengkap.
"Pihak keluarga korban telah melaporkan kasus tersebut ke Mapolres Bone pada Sabtu (11/02/23) pekan lalu. Laporan itu juga dilengkapi dengan hasil visum dari pihak dokter," pungkas Buce.
Terpisah, Kapolsek Cenrana AKP Andi Muh.Siregar menuturkan bukan Polsek Cenrana yang menerima laporannya. Akan tetapi, kata dia, anggota Polsek Cenrana bersama keluarga korban ke Polres Bone untuk membuat laporan
“Karena korban di bawah umur dan unit PPA polres yg menangani kasus anak, tetapi anggota Polsek bersama keluarga korban ke Polres Bone untuk membuat laporan,” jelasnya.
Sementara itu, Paur Humas Polres Bone, Ipda Rayendra Muchtar menuturkan, belum ada laporan polisi yang diterima SPKT terkait itu. (*)