Selain itu, Fatiah juga menyampaikan setiap tahunnya warga di wilayah tersebut selalu berharap agar ada solusi dari pemerintah dalam mengatasi banjir di wilayahnya. Bertahun-tahun pemerintah dinilai hanya tutup mata dan tak melakukan apapun dalam pencegahan banjir.
"Adakah solusi? kami kalau hitung-hitungan sudah 20 tahun lebih seperti ini. Awal kami kebanjiran akhir tahun 1999, kami mengungsi di masjid ini," ucapnya.
Saat banjir datang, Fatiah menyebut hanya masjid yang bisa dia jadikan sebagai tempat pelarian untuk mengungsi bersama keluarga dan warga lain. Dari tahun ke tahun dikatakan Fatiah bukannya air banjir makin turun justru malah naik.
Camat Manggala Makassar, Andi Anshar mengaku banjir terparah di wilayah Kecamatan Manggala itu di blok 8, Kelurahan Manggala. Blok 8 termasuk yang terparah di Makassar karena air mencapai ketinggian 1,5 meter.
"Ketinggian air bervariasi di wilayah Manggala, antara 10 sentimeter, 30, 80 sampai 150 sentimeter itu yang terparah di blok 8. Berdasarkan laporan sebagian besar warga sudah mengungsi," sebut Andi Anshar.
Di lokasi sendiri, tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan anggota SAR Brimob Polda Sulsel masih terus melakukan evakuasi warga, dan mengantar makanan ke warga yang bertahan.
Delapan kelurahan di wilayah Manggala kata Andi Anshar, semua ada genangan banjir. Tetapi ada tiga Kelurahan yang warganya harus mengungsi, seperti Kelurahan Manggala 12 titik pengungsian, Batua 1 titik, dan Antang 1 titik.
"Sementara jumlah titik genangan banjir di Manggala secara keseluruhan ada 33 titik dengan total pengungsi sampai dengan hari ini 760 jiwa dari 179 KK (kepala keluarga). Kami di Manggala punya inovasi Matabe (Manggala Tanggap Bencana), jadi semua titik pengungsian sudah ada personel Matabe," sebutnya.
"Termasuk masalah kesehatan, fungsi inovasi Matabe ini terstruktur, jadi semua kepala-kepala Puskesmas di Manggala ini mendirikan posko di 12 titik pengungsian untuk bisa mengerahkan tim medis di lokasi," tutup Andi Anshar. (Isak/B)