Pembenahan infrastruktur disebut sangat penting agar beberapa wilayah di Takalar bisa terintegrasi satu sama lain, termasuk wilayah di luar Takalar. Dengan infrastuktur yang bagus, potensi-potensi yang ada di desa bisa masuk di kota dan menjadi nilai tambah bagi masyarakat.
Sementara untuk energi, seperti listrik juga disebut sangat penting. Baik untuk keberlangsungan proses belajar mengajar anak-anak sekolah juga beberapa UKM saat ini yang membuat produk harus membutuhkan tenaga listrik.
"Kita tidak bisa apa-apa kalau yang ketiga ini tidak ada, ini salah atu tanggung jawab dan tuntutan yang harus dipenuhi ketika ingin mengubah Takalar ke depan jadi lebih baik lagi," sambungnya.
Firdaus mengaku punya niat maju di Takalar atas pesan almarhumah ibunya. "Pulanglah membangun kampungmu," kata Firdaus mengutip pesan orang tuanya.
Tokoh asal Takalar ini, lahir di Makassar pada bulan Juli 1967, menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Teknik Elektro Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar dan S2 di Jurusan Marketing Manajemen di Universitas Muhammadiyah Malang.
Firdaus pernah menjadi Kepala Telkom Indonesia Timur, Kepala Telkom Indonesia Barat, Direktur Utama PT. PINS Indonesia, Deputy marketing Telkom Flexi, Kepala Telkom Jabodetabek dan Banten unit Customer Service. Kepala telkom Tulungagung dan Trenggalek, Kepala Telkom Probolinggo, Kepala Telkom Pasuruan, Kepala Telkom Sidoarjo, Kepala Telkom Surabaya Timur, dan Kepala Telkom Jakarta Selatan.
Firdaus juga memiliki penghargaan berupa “Satya Lencana Pembangunan” yang diperoleh langsung dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo pada tahun 2016 dan sebagai The Role Model Culture Telkom 2016 dalam kategori membangun budaya perusahaan. (Isak/B)