Data tersebut juga mencantumkan aneka kebutaan akibat gangguan refraksi di Sulawesi Selatan menjadi yang tertinggi dibandingkan provinsi-provinsi lainnya. Artinya, keberadaan fasilitas kesehatan untuk menangani kelainan refraksi pun semakin krusia.
"Mata minus menjadi salah satu jenis kelainan refraksi yang prevalensinya terus meningkat," tukasnya.
Apalagi, sambung dia, studi menyebut, sekitar 40 persen dari populasi dunia (3,3 miliar orang) akan menderita miopia pada 2030 mendatang. Bahkan, diprediksi akan
berjumlah lebih dari setengah populasi dunia (4,9 miliar orang) pada 2050.
Kepala Klinik Utama Mata JEC-Orbita Makassar, Mirella Afiffudin mengatakan salah satu langkah untuk menangani mata minus adalah Laser-Assisted In-Situ Keratomileusis (LASIK) yakni prosedur bedah menggunakan laser yang bertujuan untuk bebas dari kacamata dan lensa kontak.
Waktu tindakan dan pemulihan yang cenderung cepat menjadi keunggulan langkah ini. Meski demikian, kekhawatiran terhadap tindakan LASIK masih kerap muncul di tengah masyarakat yaitu adanya efek samping setelah tindakan seperti mata kering.
Sebagian besar penderita mata minus, dan kelainan refraksi lainnya, sangat bergantung pada kacamata atau lensa kontak untuk melihat lebih jelas. Namun, ketergantungan pada alat bantu penglihatan tersebut tentunya mengganggu kehidupan mereka sehari-hari.
"ReLExo SMILE yang JEC-Orbita Makassar baru luncurkan ini menjadi alternatif masyarakat untuk mengembalikan penglihatan dengan bebas kacamata atau lensa kontak dengan menawarkan keamanan dan kenyamanan yang optimal," tukas Mirella Afiffudin.
Diketahui, ReLEx SMILE dengan mesin VISUMAX 500 dari ZEISS merupakan layanan dengan teknologi laser tercanggih yang memiliki tiga keunggulan utama. Pertama, performa lebih cepat.
ReLEx SMILE menggunakan laser femtosecond sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu tindakan menjadi jauh lebih singkat tercatat bisa diselesaikan hanya dalam waktu 22-23 detik.
Kedua, lebih nyaman dimana pasien lebih merasa tidak cemas karena durasi
pengerjaanya lebih cepat dan rasa sakit yang minimum (painless) setelah tindakan selesai.
Ketiga, prosedur flaplesstindakan dilakukan tanpa pembuatan sayatan/flap pada kornea mata menjadikan pasien tidak rentan mengalami trauma mata pascatindakan. (*)