Tidak adanya pendampingan dari tenaga medis, berisiko memperparah kondisi ginjal.
Dikhawatirkan pasien melakukan banyak kesalahan, sehingga justru membebani kerja ginjal akibat dosis obat, tindakan terapi atau pilihan jenis obat yang salah.
“Selain pintar media massa dan juga infomasi mudah didapat, tapi intepretasinya banyak salah dibandingkan benarnya (di lapangan),” ucapnya.
Padahal, kata Lukman, permasalahan ginjal tidak bisa hanya dipantau melalui penegakan diagnosis awal.
Namun perlu dilakukan pemeriksaan penunjang baik melalui radiologi ataupun pencitraan lainnya.
Pemantauan gejala yang saat ini banyak dikeluhkan seperti mual, badan terasa lemah, air kencing yang tiba-tiba berkurang jumlahnya atau berubah warna, harus diperhatikan lebih seksama sesuai dengan tingkatan stadiumnya.
“Makanya kita harus lebih waspada terhadap penyakit gagal ginjal kronik ini,” ujar dia.
Lukman juga menyoroti bahwa kurangnya mengkonsumsi air putih bisa memicu ginjal sulit untuk mengatur tingkat asam dan basa, elektrolit maupun kandungan air dalam tubuh.
Jika dibiarkan terus menerus, maka seseorang bisa mengalami acute kidney injury. Demikian juga bila terlalu banyak meminum air.