Ia menegaskan, Islam adalah prinsip mutlak namun kompetibel membentuk seseorang dengan agama harus benar dan proporsional. Agar tidak berujumg negatif (ekterimisme beragama).
Sikap demazhabisasi, dengan slogan kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah, secara porsinya menghindari malpraktek, mesti dilakukan secara benar dan bertannggung jawab, tentu harus didukung dengan ijma (ulama ) agar tidak terjadi ketimpangan.
"Sempit memahami Islam akan menjadi entri poin muncul ekterimisme. Padahal aktifitas manusia adalah ibadah," sebutnya.
Seperti contoh dalam pemaknaan bid'ah sambung Prof Muammar Muhammad Bakry, ada dua jenis. Yaitu ada bidah sesat dan ada juga bidah justru mengarah ke kebaikan, bidah Hasanah.
"Siapa yang tidak mengetahui perbedaan pendapat maka ia tidak akan pernah mengetahui aroma fiqih," tegasnya.
Ia menguatkan dengan imbauan implementasi mengedepankan wasatiah, sebagai imunitas kuat tangkal terorisme. Sebagai vaksinator, bahaya laten perusak akal sehat umat. (Abu Hamzah/B)