MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Munculnya berbagai persepsi bahwa terpilihnya Prof Dr Alimuddin Unde yang mantan Dekan Fakultas sebagai Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Unhas masa bakti 2023-2027 dinilai menunjukkan MWA Unhas kini mengalami penurunan kelas dan mutu, terus menjadi perbincangan hangat di kalangan civitas akademika Unhas dan publik.
Menanggapi hal tersebut, Mantan Rektor Unhas 2006-2014, Prof Dr dr Idrus A Paturusi mengatakan, munculnya persepsi penurunan kelas tersebut memang dinilainya wajar mengingat sebelumnya para ketua MWA Unhas selalu berasal dari tokoh nasional yang pernah menjabat menteri, seperti Komjen Pol (Purn) Dr (HC) Syafruddin MSi yang juga mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) dan Prof Dr Basri Hasanuddin yang merupakan mantan Menko Kesejahteraan Rakyat.
“Jadi istilah turun kelas itu muncul karena membandingkannya dengan ketua-ketua MWA Unhas sebelumnya. Apalagi fungsi dan kewenangan MWA itu sangat strategis dan sejajar dengan rektor," katanya, Selasa (21/3/2023).
Prof Idrus menambahkan, dirinya tak ingin berkomentar terlalu jauh terkait terpilihnya Prof Alimuddin tersebut, namun memang pertanyaan semacam ini dinilainya wajar.
“Apalagi menurut kabarnya, banyak pihak terkait yang tidak menghadiri rapat pemilihan tersebut. Dan tokoh-tokoh nasional seperti Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid menolak masuk dalam kepengurusan MWA Unhas," lanjutnya.
Bila dilihat dari posisi lembaga MWA Unhas yang demikian penting dan strategis, kata Prof Idrus, memang seharusnya lembaga ini diketuai oleh tokoh-tokoh yang sudah punya nama dipentas nasional.
“Dan kita tak kekurangan sosok seperti itu. Kita punya sosok Dr Syahrul Yasin Limpo yang menjabat Menteri Pertanian saat ini, kita punya sosok Prof Dwia yang mantan rektor serta punya sosok Dr Andi Amran Sulaiman yang mantan menteri. Semua tokoh ini punya kapasitas yang tak diragukan," katanya.
Namun, Prof Idrus menekankan, karena pemilihan ketua MWA Unhas ini telah terpilih maka mungkin ada baiknya waktu diberi kesempatan untuk menepis keraguan yang muncul.
“Mungkin ada juga sisi positifnya seperti lebih mengetahui persoalan internal Unhas serta punya banyak waktu untuk mencurahkan perhatian pada tugas dan wewenangnya," pungkasnya. (*)