Mencari Figur Posisi Gubernur

  • Bagikan
karikatur/rambo

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai politik di Sulawesi Selatan berupaya mendekati figur-figur yang layak untuk diusung pada pemilihan gubernur 2024. Hal serupa juga dilakukan sejumlah bakal kandidat gubernur yang tak tinggal diam mencari "tumpangan" untuk ikut dalam pesta politik lima tahunan itu.

Partai Keadilan Sejahtera Sulsel, misalnya, telah membuka komunikasi dengan mantan Panglima Kodam Hasanuddin, Andi Muhammad Mappanyukki. Pengurus PKS Sulsel bertandang ke kediaman Andi Muhammad ke Jalan Sungai Tangka, beberapa waktu lalu.

Sekretaris PKS Sulsel Rustang Ukkas menyatakan, pihaknya berupaya memperbanyak silaturahmi ke tokoh-tokoh potensial di Sulsel sebelum memastikandaftar nama-nama yang masuk radar untuk dijagokan pada Pilgub 2024. Menurut dia, hingga saat ini, belum ada nama jelas yang ditentukan.

"PKS masih melakukan silaturahmi ke beberapa tokoh guna menyamakan persepsi agar bisa diajak kerja sama dan diusung di Pilgub 2024," ujar Rustang, Senin (27/3/2023).

Rustang mengatakan, silaturahmi PKS bukan hanya ke Andi Muhammad, melainkan juga dilakukan ke tokoh-tokoh lainnya. Dia tak menyebutkan nama-nama figur yang akan ditemui untuk kepentingan silaturahmi politik.

"Ini adalah bagian dari langkah PKS untuk menghadapi Pemilu 2024 serta merawat silaturahmi demi menambah basis suara di Sulsel," beber Rustang.

Andi Muhammad merupakan dari dari beberapa tokoh yang secara terbuka berniat maju pada peilihan gubernur 2024. Bahkan sebelum pensiun sebagai tentara, Andi Muhammad sudha gencar sosialisasi dengan tagline 'PanglimaTa'.

Ihwal pertemuan dengan pengurus PKS, Andi Muhammad mengatakan, bukan baru pertama kali, tapi sudah beberapa kali melakukan komunikasi.

"Saat masih aktif sebagai Pangdam Hasanuddin, kami bertemu dengan Ketua Majelis Syuroh PKS Dr Salim di Istana Jongaya di Jalan Kumala," kata Andi Muhammad.

Menurut dia, PKS bukan partai yang asing karena sedikit banyak tahu tentang idealisme para pengurus PKS. Dia mengatakan, pengurus PKS solid dalam memperjuangkan sesuatu, khususnya menyangkut kepentingan rakyat.

"Kami berharap ke depan PKS menjadi partai yang terus konsisten dengan idealismenya dan mampu membangun kolaborasi dengan siapa saja," ujar dia.

Tak hanya partai yang proaktif mencari tokoh potensial untuk diusung, tapi kandidat juga gencar mencari "kendaraan". Sebut saja,
Ilham Arief Sirajuddin atau IAS. Mantan Wali Kota Makassar dua periode ini turut membuka komunikasi lintas partai. Di Partai Golkar, IAS akan bersaing dengan figur internal yang juga punya kans besar untuk maju. Beberapa di antaranya yakni Ketua Golkar Sulsel Taufan Pawe dan Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan.

"Makanya kami melakukan penguatan dan komunikasi dengan partai lain selain di internal Golkar," ujar IAS.

IAS menyatakan hampir semua partai baik yang lama maupun parti baru diajak berkomunikasi. Dia menyakini akan bisa membentuk koalisi besar untuk maju pada pemilihan gubernur 2024.

Satu nama lagi yang "sibuk" mencari dukungan adalah Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto. Yang bersangkutan disebut-sebut terus memepet pengurus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Meski begitu, Danny menyatakan dirinya dekat dengan seluruh partai politik.

"Tadi malam (Minggu malam) saya sama-sama dengan Ketua PDIP. Sehari sebelumnya, saling telepoon dengan Wakil Ketua PPP. Semua komunikasi bagus. Sebelum juga, Perindo datang silaturahmi. Hubungan kami baik semua," ujar Danny.

Dia mengaku, tak hanya fokus pada satu partai saja, namun berupaya membangun komunikasi dengan partai lain.

"Semua dekat, bukan hanya PDIP. Tidak ada yang istimewa," ujar Danny.

Disinggung mengenai hubungannya dengan Partai Nasdem Sulsel yang menjadi pengusung di Pemilihan Wali Kota Makassar pada 2020, Danny mengakui komunikasi dengan Partai Nasdem masih terjalin dengan baik.

"Bagus. Tetap terjaga bagus," imbuh dia.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum PPP, Amir Uskara memilih tak berkomentar banyak mengenai Pilgub Sulsel 2024. Amir mengaku lebih fokus pada pelaksanaan Pileg 2024.

Meski begitu, Amir mengklaim, komunikasi partainya dengam semua figur di Sulsel tergolong baik. Hanya saja saat ini, PPP fokus menambah kursi di parlemen.

"Bila kursi kami terpenuhi di parlemen, gampang mengusung figur nanti di Pilgub," imbuh bakal calon bupati Gowa itu.

Pengamat politik dari Universitas Bosowa Makassar, Arief Wicalsono menilai pergerakan kandidat mencari partai usungan maupun sebaliknya, tak bisa dibendung.

"Gerilya kedua pihak memang selalu menarik untuk diamati," ujar dia.

Menurut Arief, beberapa tokoh yang disebutkan, sepertinya memang akan cukup serius maju di Pilgub 2024. Hal itu bisa dilihat dari masifnya alat sosialisasi luar ruang seperti baliho dan billboard di seluruh kabupaten/kota di Sulsel.

"Tujuan mereka hanya satu, bagaimana caranya mereka bisa bermanuver, mendapatkan kendaraan atau medium untuk didukung oleh partai politik, seperti yang telah diatur dalam undang-undang," ujar dia.

Arief mengatakan, figur-figur yang disebutkan, lebih didominasi oleh figur yang berasal dari kalangan politisi, atau partai politik yang harus juga berupaya ekstra keras. Dampak negatifnya, kata Arief, partai sendiri akhirnya tidak mencalonkan dirinya, malah mencalonkan figur lain di luar partai

"Adanya kecenderungan parpol untuk mengajukan calon selain kadernya sudah seringkali terjadi dan hal itu menunjukkan bahwa meskipun Anda kader partai, tapi jika ternyata tidak punya cukup kemampuan untuk mengikuti kontestasi," ujar dia.

Pengamat politik dari Profetik Institute, Asratilla menyebutkan untuk menjadi kontestan dalam pemilihan kepala daerah, maka undang-undang menyediakan dua jalan, baik melalui jalan usungan partai politik atau gabungan partai politik, maupun melalui jalan perseorangan. Namun, pengalaman menghelat pemilihan kepala daerah khususnya pilgub di Sulsel, agak sulit bagi calon independen untuk memenangkan pertarungan.

"Walaupun secara teoritik calon perseorangan bisa memenangkan pertarungan jika memiliki dukungan elektoral yang kuat," ujar dia.

Asratillah mengatakan, kandidat usungan parpol lebih berpeluang memenangkan kontestasi dengan beberapa alasan. Dia menyebutkan, secara administrasi maju melalui usungan parpol prosesnya lebih sederhana ketimbang maju melalui calon perseorangan.

Kedua, parpol memiliki mesin politik hingga ke akar rumput yg bisa memberikan kandidat "asupan suara" yang cukup besar dengan cara yang cukup efektif.

"Inilah yang mengakibat bakal calon kandidat gubernur Sulsel yang sering didengar berupaya mendekati dan didukung oleh parpol-parpol besar," ujar dia.

"Namun waktu perhelatan pilkada masih berselang 20 bulan lebih. Dinamika dukungan parpol ke bakal kandidat yang ada masih tergantung hasil pemilu di Februari mendatang. Begitu pula dengan dukungan pemilih tentu masih akan sangat cair," sambung dia.

Direktur Eksekutif PT Indeks Politica Indonesia (PT IPI) Suwadi Idris Amir mengatakan beberapa kandidat calon gubernur tidak memiliki kedekatan dengan parpol, sementara ada beberapa partai politik juga punya ketua yang memiliki kans untuk maju.

Menurut Suwadi, masih ada partai lain yang bisa dikejar seperti PPP, PDIP, hingga Golkar. Menurut dia, Golkar belum pasti mengusung Taufan Pawe karena hingga saat ini, survei Wali Kota Parepare itu belum bisa menjanjikan.

"IAS memiliki semangat karena surveinya lebih di atas dibandingkan Taufan Pawe," kata Suwadi.

Dia mengatakan, elektabilitas Taufan Pawe masih bisa diperbaiki karena Pilgub juga masih terbilang lama. Sementara IAS harus tetap mencari partai lain di luar Golkar.

"Adapun Danny, punya peluang maju kalau RMS tidak maju di Pilgub melalui NasDem. Saya juga lihat Danny sudah mulai melakukan pendekatan ke PDIP," imbuh dia.

Adapun Andi Muhammad, kata Suwadi, survei yang bersangkutan juga belum menjanjikan. "Kalau mau dilirik partai harus menaikan surveinya, harus bersaing dengan Danny, IAS, RMS, dan Iwan Aras. Kalau surveinya tidak naik-naik maka dia tidak bisa meyakinkan partai," imbuh Suwadi. (Suryadi-Shasa-Fahrullah/B)

  • Bagikan