MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Hampir seperempat abad. Tepatnya 23 tahun. PSM Makassar mengakhiri penantian juara. Klub kebanggaan Kota Makassar itu baru saja merengkuh gelar juara Liga 1 musim 2022/2023.
Gelar terakhir diraih di tahun 2000 silam. Saat itu kompetisi bergengsi di Indonesia baru saja beralih dari era perserikatan dan galatama. Selama 23 tahun penantian juara, PSM Makassar silih berganti dipimpin orang gila bola.
Di Indonesia, sebutan orang gila bola sudah awam disematkan pada sosok yang mengurusi klub sepakbola. Ada diksi kata “gila” karena memang mengurus klub sepakbola di Indonesia bukan hal yang mudah.
Pengorbanannya sangat besar. Bukan hanya tenaga dan pikiran, uang sudah pasti! Plus berani rugi, karena urusan sepakbola di Indonesia agak sulit mencari keuntungan. Salah satu sosok gila bola yang memimpin PSM Makassar adalah Sadikin Aksa. Seorang pengusaha nasional yang dalam beberapa tahun terakhir ada di balik layar PSM Makassar.
Musim ini, Sadikin turun tangan lebih dalam mengurusi PSM Makassar. Lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT PSM, Sadikin diminta para pemegang saham untuk menggantikan Munafri Arifuddin alias Appi. Appi adalah CEO PSM Makassar selama beberapa musim. Permintaan oleh pemegang saham itu diiyakan Sadikin.
Maka, jika sebelumnya Sadikin mengurusi PSM Makassar sebagai komisaris, tahun ini dia ikut terlibat langsung di jajaran direksi dengan jabatan Direktur Utama.
Jadilah dia super sibuk dengan urusan manajerial PSM Makassar. Seperti prestasi, keuangan hingga infrastruktur tim. Dengan segudang tantangan dan tanggung jawab, Sadikin mampu menjawabnya. Jawaban paling berkelasnya adalah prestasi, juara Liga 1 musim ini.
Padahal banyak yang meragukan eksistensi PSM Makassar musim ini. Karena skuad PSM Makassar yang dianggap biasa-biasa saja. Tidak semewah Persija Jakarta, Persib Bandung, Arema FC, PSIS Semarang dan juara bertahan Bali United.
“Alhamdulillah, musim yang penuh drama dari awal. Tetapi kami terus berjuang buat masyarakat Sulawesi yang selalu mendoakan dan mendukung kami untuk terus semangat. Kami berhasil membawa kembali piala itu setelah 23 tahun. We are the champion,” ujar Sadikin, di pertandingan saat PSM Makassar memastikan juara.
Sadikin sendiri sosok yang lebih banyak diam dalam bekerja. Ia jarang terekspos dengan atribut PSM Makassar. Meski ada di jajaran elit dalam direksi klub, tapi tak pernah sekalipun Sadikin nongol. Di bench pemain misalnya. Untuk urusan berkomentar di publik pun, Sadikin terbilang pelit.
Ada kebiasaan unik Sadikin saat PSM bertanding, terutama di Stadion Gelora BJ Habibie, Parepare. Sadikin memilih blusukan berkeliling stadion, mengecek apa-apa yang tidak beres. Sesekali ia memantau aktivitas penukaran tiket dan hilir mudik suporter di sekitar stadion.
Tak jarang juga, Sadikin menyelinap di tengah-tengah suporter yang sedang menonton pertandingan. Ia ingin mencari dan melihat betul apa yang menjadi kekurangan pelaksanaan pertandingan. Salah satu hasil dari kebiasaan uniknya ini, akhirnya ada kebijakan memisahkan pintu masuk untuk suporter laki-laki dan perempuan.
Inilah yang membuat pria yang juga aktif di dunia otomotif Indonesia ini jadi sangat fokus terhadap tanggung jawabnya di klub. “Karena PSM ini kebanggaan, kecintaan, bahkan sudah menjadi harga diri bagi sebagian warga Sulsel. Karena itu mari kita jaga bersama kebanggaan kita," katanya.
Tunai sudah tugas Sadikin musim ini. Mimpi juara menjadi nyata. Sesuatu yang sulit disangka. Selanjutnya, semoga ikut bermunculan sosok seperti Sadikin Aksa lainnya. Semoga!. (*)