MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Salah satu amalan khusus di bulan ramadan untuk merebut derajat TAQWA dari bulan ramadan sebagai hasil perjuangan.
Iktikaf berasal dari bahasa Arab akafa yang berarti menetap, mengurung diri atau menutup diri. Pengertiannya dalam konteks ibadah dalam Islam adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridaan Allah dan bermuhasabah atas perbuatan-perbuatannya. Orang yang sedang beriktikaf disebut juga muktakif. (Wikipedia)
Tidak terasa bulan Ramadan tahun ini 1444 H. akan segera berakhir. Memasuki 10 malam terakhir Ramadan, ada satu amalan yang dianjurkan untuk dilakukan. Salah satu amalan tersebut adalah i'tikaf.
Masjid-masjid nampak kembali ramai dipenuhi muktakir. Pemandangan ini misalnya di Haramain Makka Al mukarramah & Madinah Al Munawwarah. Termasuk masjid Istiqlal Jakarta berjubel jama'ah guna jihad iktikaf.
Iktikaf merupakan kegiatan berdiam diri di masjid dengan tujuan beribadah yang disertai dengan niat. Ibadah ini menjadi salah satu amalan yang dianjurkan saat bulan Ramadan.
Rasulullah SAW memiliki kebiasaan untuk melaksanakan i'tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Sebagaimana dikatakan dalam hadits dari Aisyah r.a.:
أَنَّ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانِ. حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Bahwa sesungguhnya Nabi SAW beri'tikaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan sampai beliau dipanggil Allah Azza wa Jalla, kemudian istri-istri beliau (meneruskan) beri'tikaf setelah beliau wafat." (HR Muslim).
_
Waktu Untuk Melaksanakan I'tikaf
Menurut para ulama, hukum Iktikaf adalah sunnah dan bisa dilakukan kapan saja. Namun Iktikaf lebih utama dilakukan pada 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Rasulullah SAW selalu beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, sebagaimana dalam sabdah Rasulullah Saw ;
عَنْ عَائِشَة كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى يَتَوَفَّاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
Dari Aisyah r.a., ia menerangkan bahwa Rasulullah SAW melakukan iktikaf setelah tanggal dua puluh Ramadan hingga beliau wafat." (HR Al-Bukhari dan Muslim ).
Pada 10 malam terakhir bulan Ramadan juga ditargetkan agar mendapatkan keberkahan malam Lailatul Qadar. Dengan demikian, iktikaf lebih utama untuk dilakukan pada waktu 10 hari terakhir bulan Ramadan.
Kaifiyah/tatacara ber Iktikaf;
Tata cara iktikaf yang dikutip dari buku Panduan Muslim Kaffah Sehari-Hari dari Kandungan hingga Kematian karya Prof. Dr. Muh. Hambali, M.Ag , adalah;
- Membaca Niat Iktikaf, Sebelum memulai iktikaf dimulai membaca niat. Niat iktikaf harus ditentukan sebelum melakukan iktikaf. Apabila dilakukan karena nazar, Mazhab Syafi'i mensyaratkan untuk manta'yin/menentukan niat. Namun apabila dilakukannya pada 10 malam terakhir bulan Ramadan, maka bacaan niatnya:
نَوَيْتُ الْاِعْتِكَافَ فِي هَذَا المَسْجِدِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Aku berniat iktikaf di masjid ini,(afdal menyebut nama masjid tempat iktikaf) sunah karena Allah ta'ala."
- Berdiam Diri di Masjid
Kegiatan yang dilakukan saat iktikaf adalah dengan berdiam diri di dalam masjid. Bukan hanya diam, namun bisa sembari memperbanyak dzikir, tafakkur, membaca tasbih, dan diutamakan untuk banyak membaca Al-Quran. Selain itu, dianjurkan juga untuk melaksanakan salat sunah di masjid. - Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT
Iktikaf bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbanyak amalan, berdoa dan merefleksi kesalahan/dosa yang telah lalu.
Pada masa beriktikaf ini hendaknya menghindarkan diri dari segala perbuatan yang tidak berguna apalagi berpotensi dosa. Misalnya bercerita sambil tertawa gak karuan, mungkin ada cenderung bergosip, tajassus dll.
Dalam melaksanakan iktikaf umat juga disunahkan untuk membaca doa berikut:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
_Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau suka memberi maaf, maka maafkanlah aku.". (*)