Gerak Cepat Relawan Anies Baswedan dan Ancaman Koalisi Besar

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pemilihan Presiden menyisakan waktu sepuluh bulan lebih. Manuver elite dalam mempersiapkan figur bakal calon presiden dan wakil presiden terus memperlihatkan tensi yang cukup tinggi. Namun, baru nama Anies Rasyid Baswedan yang benar-benar telah "resmi" dan paling siap masuk gelanggang pemilihan orang nomor wahid di republik ini.

Sokongan tiga partai politik yakni Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera, sudah lebih cukup untuk mengusung Anies sebagai kandidat presiden.

Dengan modal presidential threshold 25,03 persen, Anies sudah bisa mengantongi tiket ke perhelatan politik lima tahunan tersebut.

"Keseriusan dan komitmen partai politik mengusung Anies tidak perlu diragukan lagi," kata Ketua Konfederasi Nasional Relawan Anies (Korean), Muhammad Ramli Rahim dalam Ngobrol Politik yang digelar Harian Rakyat Sulsel bekerja sama dengan Forum Pemred Fajar Grup di Rumah Makan Pallu Kaloa, Jalan Bukit Baruga, Sabtu (15/4/2023).

Menurut Ramli, meski sampai saat ini bakal calon wakil presiden yang akan pendamping Anies belum disepakati oleh tiga tersebut, bukan berarti kerja-kerja sosialisasi figur Anies ke masyarakat tidak dilakukan.

Malah, kata dia, seluruh simpul relawan yang telah terbentuk di seluruh Indonesia setiap hari menggelar banyak kegiatan untuk "menjual" figur Anies ke masyarakat.

"Kami Tidak peduli siapa yang akan menjadi pasangan Anies. Yang jelas, Anies yang menjadi bakal calon presiden," ujar Ramli.

Ramli menjelaskan, kelompok-kelompok relawan terus terbentuk seiring dengan masifnya penggalangan yang dilakukan di tengah-tengan masyarakat.

Bergabungnya masyarakat dalam relawan tersebut benar-benar didasari oleh ide dan pemikiran yang sama tentang harapan perubahan yang akan dibawa oleh Anies Baswedan di republik ini.

"Relawan bekerja dengan sepenuh hati tanpa pamrih. Mereka tidak dibayar dan tidak mendapatkan gaji. Tapi, soliditas untuk memperjuangkan Anies ke depan menjadi pemantik semangat untuk bekerja ke masyarakat," imbuh Ramli.

Mantan Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) itu menyadari bahwa sangat banyak tantangan yang dihadapi pihaknya dalam melakukan sosialisasi Anies Baswedan. Meski begitu, kata dia, apapun rintangan yang mengadang, seluruh relawan siap menghadapinya demi memperjuangkan sosok Anies sebagai pemimpin baru di Indonesia.

"Kami kerap kesulitan mencari tempat untuk menggelar acara. Ada semacam kekuatan yang selalu menghalangi dan membatalkan acara apapun yang kami gelar," beber dia.

Selain itu, tantangan non teknis lainnya juga sangat dirasakan oleh relawan. Salah satunya, upaya untuk menghalang-halangi Anies untuk maju sebagai calon presiden.

"Anies dicarikan cara agar dijegal. Misalnya, dikejar-kejar salahnya di Formula E dan kinerja selama memimpin DKI Jakarta juga terus disorot," ujar Rahim.

Namun Rahim melihat, kerasnya tantangan tersebut menjadi seni tersendiri dalam mengelola momentum politik. Menurut dia, Anies yang memiliki segudang pengalaman menjadi bahan utama bagi relawan untuk ditawarkan kepada masyarakat. Rahim mengatakan, Anies tak punya senjata apa-apa selain relawan.

"Dia bukan pengurus dan kader partai, dia juga tak punya jabatan dan kekuasaan. Yang Anies miliki hanyalah relawan," kata Rahim.

Menurut Ramli, salah satu modal utama bagi relawan saat melakukan sosialisasi Anies ke masyarakat adalah mengumbar rekam jejak yang disandang selama ini. Dia mengatakan, succes story tersebut menjadi ampuh dalam menggalang opini publik mengenai sosok Anies.

Menyangkut bakal calon wakil presiden, Ramli mengatakan, hal itu menjadi domain partai politik dan Anies. Apalagi, kata dia, tiga partai politik telah bulat menyerahkan sepenuhnya kepada Anies untuk menentukan sosok bakal calon pendamping dirinya di pemilihan presiden.

"Kami juga tidak pusing soal wakil karena itu bagian para elit partai," imbuh Ramli.

Direktur Eksekutif Parameter Publik Indonesia Ras Md yang menjadi pembanding dalam Ngobrol Politik bertajuk Anies di Tengah Pusaran Koalisi Besar, menyatakan pada Pilpres 2024, Anies Baswedan memiliki tantangan tersendiri proses pencalonan dirinya sebagai capres.

Menurut dia, sebagai antitesa dari pemerintahan Joko Widodo, Anies akan berusaha untuk dijegal atau dicarikan lawan yang sepadan bahkan mengalahkan Anies pada 14 Februari 2024.

"Wacana koalisi besar itu merupakan upaya agar Anies tidak memenangkan pertarungan," ujar Ras.

Menurut dia, peluang Anies menjadi capres tergantung partai koalisi. Hanya saja sebagai bentuk perlawanan, pemerintah melakukan berbagai upaya membangun kekuatan besar sehingga akan membuat Anies kewalahan.

"Luar biasa kekuatan koalisi dibentuk Pemerintah, pasti Anies dikepung. Karena Secara geopolitik dan hitungan kalkulasi Anies akan mengalami kewalahan," ujar dia. .

Hanya saja, menurut Ras, peluang Anies untuk menang dalam Pilpres juga terbuka lebar. Syaratnya, terdapat tiga pasang calon presiden dan wakil presiden. Bila skema pencalonan head to head, maka Anies akan sangat kesulitan untuk menang.

"Apalagi kalau misalnya kalau pasangan Ganjar-Prabowo menjadi lawan Anies, maka sulit dibayangkan Anies bisa keluar sebagai pemenang," kata dia.

Ras Md menilai, sangat wajar PDI Perjuangan diprediksi akan segera bergabung dengan Koalisi Besar yang terdiri PAN, Gerindra, PKB, Golkar dan PPP ini. Menurut dia, dalam konteks itu, publik bersepakat bahwa koalisi besar ini akan terwujud dengan mudah karena yang bergabung adalah semua partai politik pendukung Jokowi di Pemerintahan.

"Saya melihat simulasi-simulasi capres diisyaratkan pak Jokowi sebagai inisiator agenda koalisi besar. Maka melihat peta ini, seakan disatukan Prabowo dan Ganjar," tururnya.

Ras juga berpendapat, terbentuknya koalisi besar juga tidak serta merta bisa terwujud. Akana banyak friksi yang bisa menggagalkan wacana tersebut.

Salah satunya, partai-partai besar nantinya di koalisi itu tak akan mendapat kata sepakat dalam menentukan sosok bakal calon presiden dan wakil presiden.

Dia juga melihat, wacana pembentukan koalisi besar tidak terlepas dari upaya untuk membendung kekuatan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang terdiri Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Adanya wacana koalisi besar tujuanya menghalangi Anies sebagai Capres 2024. Tapi, ini bisa berbahaya bagi kelompok pemerintah ke depan. Karena berbagai kepentingan," jelasnya.

Disebutkan, kalau soal kerja-kerja relawan ia melihat selama ini relawan ARB cukup baik terorganisir secara sistematis. Dari waktu ke waktu banyak relawan bergabung.

"Apalagi idealisme terjaga. Interval waktu saat ini ini adalah soal sosialisasi dan terus menggalang dukungan ke Anies," ujar Ras.

Adapun Ketua Forum Pemred Fajar Grup, Suwardi Thahir menyatakan pers terus mengikuti dinamika yang terjadi sebagai bagian dari upaya mengawal proses demokrasi menjelang Pemilu 2024.

Dia mengatakan, wartawan selalu hadir secara profesional dan proporsional dalam memberikan informasi dan edukasi politik kepada masyarakat.

"Informasi politik sangat beragam dengan tingkat dinamika yang cukup tinggi. Itu sebabnya, kami selalu mengimbau kepada teman-teman wartawan untuk menciptakan pemberitaan yang mendukung pada proses demokrasi yang bersih dan bermartabat," ujar Suwardi. (rahman-suryadi/B)

  • Bagikan

Exit mobile version