RAKYATSULSEL - Sekte Good News International Church menjadi sorotan beberapa waktu belakangan. Sekte yang didirikan oleh Paul Mackenzie Nthenge bersama istrinya Joyce Mwikamba pada 2003 silam berbasis di Kenya.
Puluhan orang ditemukan tewas di hutan Shakahola dekat kota Malindi. Jumlah korban telah mencapai 98 orang hingga Rabu (26/4/2023) ini.
Korban diduga meninggal karena kelaparan dan melakukan bunuh diri massal. Aliran Good News International Church ini percaya dengan berpuasa akan melepaskan diri dari iblis dan menjadi jalan untuk bertemu Yesus.
Untuk memperluas jaringannya, Nthenge membuat channel Youtube pada 2017 lalu. Kontennya berisi peringatan kepada para pengikutnya agar tidak melakukan tindakan demonic atau berkaitan dengan iblis.
Beberapa tindakan yang dilarang adalah menggunakan wig, menggunakan mobile money atau pembayaran non-tunai untuk bertransaksi.
Dalam menyebarkan ajarannya, dia menggunakan Teologi Hari Akhir William Branham guna 'mencuci otak' para pengikutnya. Ajaran ini versi Latter Rain.
Versi tersebut sama dengan sekte yang dianut Jim Jones of People Temples di Guyana. Sekte tersebut meminta para pengikutnya untuk melakukan bunuh diri massal.
Puasa dilakukan untuk mencapai atomic power dengan memerintahkan pengikutnya melakukan puasa selama 40 hari. Sekte tersebut mengklaim dirinya telah mengumpulkan pengikut lebih dari 3.000 orang.
Pada 2018 lalu, Nthenge pernah diamankan oleh pihak kepolisian dengan tuduhan radikalisme. Pada saat itu, dia melarang anak-anak datang ke sekolah karena menurutnya Injil tidak mengajarkan hal itu.
Sebelum menjadi pastor yang memimpin Good News International Church, Nthenge berprofesi sebagai sopir taksi. (Fajar)