Cerita Mahasiswa Asal Sulsel yang Terjebak di Perang Sudan

  • Bagikan
IST

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Perang di Sudan menjadi mimpi buruk untuk para mahasiswa asal Indonesia yang menempuh pendidikan di sana.

Konflik antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) mengharuskan mahasiswa Indonesia, khususnya asal Sulsel harus dipulangkan demi keselamatan.

Mahasiswa asal Sulsel, Randy Saputra menceritakan momen mencekam saat perang di Sudan. Ia mengaku sejak perang tersebut fasilitas penghubung seperti internet dan listrik telah padam, sehingga suasana semakin mencekam.

Kata dia, sudah kurang lebih 17 hari listrik dan internet telah padam sejak pecahnya perang saudara itu.

"Kejadian sebelum kami sampai di Indonesia, suasana disana sedang perang militer antara kubu militer resmi dari Sudan dengan militer RSF. Jadi keadaan disana sampai saat ini, masih berperang dan listrik, internet masih padam disana," ujarnya saat tiba di Kantor Gubernur Sulsel, Rabu (3/5/2023).

Ia mengatakan, proses evakuasi untuk para mahasiswa itu cukup menegangkan, pasalnya bandara di kota Khartum sebagai akses transportasi tidak dapat lagi digunakan, sehingga proses evakuasinya mengharuskan melalui jalur darat.

"Proses evakuasi, kami melalui jalur darat, dikarenakan bandara utama dari Sudan dikuasai oleh para militer jadi sangat sulit untuk tentara Indonesia masuk ke bandara ibu kota Khartum, Sudan," ungkapnya.

"Banyak pesawat disana sudah habis terbakar, jadi kita mengambil langkah yang tepat juga saya rasa untuk mengambil jalur darat. Tentunya dengan komunikasi dari pihak PBB juga untuk mendapatkan pengawalan sampai ke titik teraman untuk jakur evakuasi darat," imbuhnya.

Mahasiswa semester 7 ilmu hadis itu menuturkan, saat konflik terjadi para mahasiswa mayoritas di ibu kota Khartum, sehingga, dampak kepada mahasiswa sangat besar.

"Untuk trauma pastinya ada, apalagi yang sudah berkeluarga memiliki anak ataupun perempuan banyak yang trauma karena sebelumnya kami tidak pernah merasakan yang seperti ini. Baru terjadi sekarang karena terjadi gejolak di kubu pemerintahan," paparnya.

"Kalau kepanikan pasti ada dari kami mahasiswa, karena status kami disana bukan seorang pribumi, tapi berkunjung ke negara orang," pungkasnya. (abu/B)

  • Bagikan

Exit mobile version