Elektabilitas Partai Gerindra Naik

  • Bagikan
KONSOLIDASI GERINDRA SULSEL. Suasana kegiatan konsolidasi kader Gerindra Sulsel yang diikuti kurang lebih 23 ribu orang itu dipusatkan di GOR Sudiang, Makassar, beberapa waktu lalu. Saat itu, Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan Wakil Ketua Umum DPP Gerindra Sugiono datang khusus ke Sulawesi Selatan untuk memberikan suntikan semangat bagi kader-kadernya dalam menyambut Pileg dan Pilpres 2024. foto: Suryadi/RakyatSulsel

JAKARTA, RAKYATSULSEL - Elektabilitas Partai Gerindra mengalami kenaikan dala survei yang dilakukan Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research.

Hasil Survei yang dilakukan pada akhir April hingga awal Mei 2023 menunjukan angka elektabilitas Partai Gerindra naik.

Pada survei Maret 2023, elektabilitas Partai Gerindra hanya 13,8 persen.

Namun pada akhir Mei 2023 elektabilitas Partai Gerindai mencapai menjadi 14,6 persen.

Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni menyebut elektabilitas Partai Gerindra mengalami tren positif.

"Gerindra terus mengalami kenaikan elektabilitas, sedangkan PDI Perjuangan cenderung stagnan dan semakin ditempel ketat oleh Gerindra," katanya dalam keterangannya, Minggu, 7 Mei 2023.

Menurutnya, tren elektabilitas usai pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 mengancam upaya PDI Perjuangan untuk menang tiga kali berturut-turut atau menciptakan hattrick pada Pemilu 2024. Elektabilitas PDI Perjuangan pada Mei 2023 sebesar 15,5 persen.

Sementara itu, Partai Golkar yang memimpin Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) berada pada peringkat tiga besar dengan elektabilitas sebesar 8,1 persen.

Vivin mengatakan KIB awalnya disebut-sebut menjadi sekoci bagi Presiden Jokowi untuk mengusung Ganjar di tengah ketidakjelasan sikap PDI Perjuangan saat itu.

Sikap PDI Perjuangan yang kini resmi mengusung Ganjar membuat landasan terbentuknya KIB pun seolah-olah runtuh.

"Tidak heran jika kemudian Golkar bermanuver mendekati partai-partai lain, seperti Gerindra dan bahkan Demokrat," tambah Vivin.

Partai Demokrat tergabung dalam Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan sebagai bakal capres. Elektabilitas Partai Demokrat dalam survei tersebut mencapai 7,0 persen.

Berikutnya, elektabilitas PKB mencapai 6,6 persen, Partai Solidaritas Indonesia 6,1 persen, dan PKS 5,2 persen.

PKB tergabung dalam koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) bersama Partai Gerindra, sedangkan PSI menyatakan ingin masuk ke dalam koalisi besar dan PKS menjadi salah satu anggota Koalisi Perubahan.

Partai NasDem satu-satunya partai dari kubu Pemerintah yang menjagokan Anies, tetapi elektabilitasnya jauh di bawah yakni hanya 2,4 persen.

"Di tengah menguatnya persaingan antara PDI Perjuangan yang mengusung Ganjar dengan partai-partai yang mewacanakan koalisi besar, posisi NasDem makin terkucil," kata Vivin.

Selanjutnya, dua partai pemerintah lainnya bernasib serupa dengan Partai NasDem, yakni terancam gagal melenggang kembali ke Senayan, yaitu PPP dengan elektabilitas 2,2 persen dan PAN 2,1 persen.

Belakangan PPP memutuskan untuk mendukung pencalonan Ganjar sebagai bakal capres, sedangkan PAN belum menyatakan sikap yang jelas.

PPP dan PAN merupakan dua partai yang tergabung di dalam KIB bersama Golkar.

Berikutnya adalah perolehan elektabilitas partai-partai baru dan partai non-parlemen, seperti Perindo 1,4 persen; Gelora 1,1 persen; dan Ummat 0,8 persen; PBB 0,4 persen; Hanura 0,3 persen; dan PKN 0,1 persen.

Partai Garuda dan Partai Buruh nihil elektabilitas, sedangkan sisanya menyatakan tidak tahu atau tidak jawab 26,1 persen.

Survei Index Research dilakukan pada 28 April-2 Mei 2023 terhadap 1.200 responden melalui telepon.

Sampel dipilih melalui metode random digit dialing (RDD) atau pembangkitan nomor telepon secara acak, dengan margin of error survei kurang lebih 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. (FIN)

  • Bagikan