“Hanya hospitality kepada para negara peserta. Dengan berhasilnya KAA, legitimasi internasional Indonesia menjadi menguat. Kita dapat dukungan Asia Afrika,” tutur Hasto.
Sekitar dua tahun kemudian atau pada 1957, Indonesia mengeluarkan Deklarasi Djuanda. Perdana menteri waktu itu, Djuanda Kartawidjaja, menyatakan wilayah Indonesia juga meliputi laut di sekitarnya.
Deklarasi itu mengukuhkan Indonesia sebagai negara kepulauan. Meski awalnya ditentang, Deklarasi Djuanda akhirnya mendapat pengakuan internasional, terutama dari nagara-negara KAA.
“Deklarasi Djuanda yang menaikkan wilayah kita 2,5 kali lipat tanpa perang,” tutur Hasto.
Oleh karena itu, Hasto mengajak para perwira TNI berani berimajinasi menjabarkan pemikiran Bung Karno agar Indonesia memiliki kekuatan pertahanan terkuat di Samudra Hindia.
Menurut dia, memiliki militer terkuat di Samudra Hindia akan mengantar Indonesia menjadi kekuatan menentukan di Pasifik sebagai masa depan dunia.
“Jangan berpikir punya uang atau tidak. Kuncinya ide, imajinasi, dan strategi serta mengambil prakarsa keterlibatan Indonesia di percaturan global sambil mengembangan penguasaan iptek," ujar Hasto.
Pria kelahiran 7 Juli 1966 itu menambahkan Bung Karno juga merupakan perintis Gerakan Non-Blok (GNB). Menurut Hasto, pada saat itu militer Indonesia merupakan yang terkuat di Bumi bagian selatan.