"Maka efek Jokowi ini akan dua yang menikmati, yaitu Ganjar dan Prabowo karena mereka dalam satu kekuasan," urai Andi Ali Armunanto, Analis Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) pada Meja Redaksi di Studio 1 FAJAR, Kamis, 5 Mei.
Meja Redaksi edisi kali ini mengangkat tema: Memenangkan Pilpres di Sulsel, dipandu redaktur FAJAR, Ridwan Marzuki.
Efek kepuasan masyarakat atas kinerja Jokowi ini bisa membuat Prabowo dan Ganjar saling klaim keberhasilan, lantaran sama-sama bagian dari pemerintah. Efek ini bisa memberi kekuatan bagi keduanya. Walapun, diketahui Ganjar menjadi "anak emas".
Di lain sisi, keunggulan Prabowo adalah karena setengah "badannya" dalam kekuasaan, setengahnya lagi masih menyimpan kekuatan elektorat lama, yakni sisa Pilpres 2019.
Potensi lain adalah pemilih milenial. Ciri utama mereka bergerak di dunia digital. Dalam segmen ini, Anies dan Ganjar bisa meraih efek itu.
Misalnya, Anies yang menonjolkan sosok kecerdasannya sebagai lulusan Amerika.Kemudian Ganjar sosok yang menunjukkan kedekatan dengan masyarakat.
Sementara Prabowo dinilai lebih digemari generasi 80 ke bawah. "Yang lahir tahun 2000 tidak tahu Prabowo. Mereka tahu bahwa ia calon presiden yang beberapa kali maju, tapi tidak lolos. Jadi masing-masing ada segmen yang bisa digarap dan dioptimalkan," kata Ali.
Nah, yang menentukan nanti adalah branding. Lalu bagaimana para calon bisa berintegrasi dengan partai-partai pendukung.
"Dan itu harus sampai ke pendukungnya. Karena penyebab kelelahan Jokowi di Sulsel (2019) karena ada partai pendukung yang tidak betul-betul bekerja," jelas Ali.