MAKASSAR, RAKYATSULSEL- Cadangan beras Sulsel makin terancam. Padahal, selama ini Sulsel dikenal wilayah sentra penghasil beras.
Bahkan, Sulsel mampu melayani sejumlah provinsi lain yang membutuhkan pasokan beras. Sebab, dalam beberapa tahun terakhir Sulsel selalu over produksi. Sayangnya, tahun ini kondisinya berbeda. Serapan beras di Bulog anjlok drastis. Beras Sulsel lebih banyak dinikmati daerah lain.
Bahkan Pimpinan Bulog Kanwil Sulselbar Bakhtiar AS menegaskan pada Maret lalu serapan mereka baru menuju lima ribu ton. Padahal, pada Maret 2022 serapan mereka mencapai 40 ribu ton.
Kondisi ini membuat Bakhtiar was-was. Dia khawatir jika kondisi ini berlarut-larut, maka tidak menutup kemungkinan Sulsel akan mengimpor beras.
"Sulsel adalah sentra produksi, tetapi saya menghawatirkan, pada waktunya nanti Sulsel justru mendatangkan barang dari luar. Itu tidak menutup kemungkinan," ujarnya, Selasa, 4 April.
Lebih lanjut Bakhtiar mengatakan, jika kondisi tersebut nantinya tidak terhindarkan, paling tidak Sulsel mengambil beras dari provinsi lain saja. Jangan sampai impor.
"Tapi kalau sudah tidak memungkinkan, dari provinsi tetangga masih bisa kita terima. Tapi kalau impor, jangan sampai masuk ke sini. Karena bagi saya, Sulsel sangat riskan menerima impor," lanjutnya.
Kemudian Bakhtiar juga membeberkan bahwa serapan Bulog saat ini merangkak naik, mencapai 500 ton per hari. Tetapi jika dibandingkan 2022 lalu mencapai 3.000 ton per hari, hal ini masih tergolong jauh.
"Tentu ini butuh dukungan pemerintah daerah, khususnya satgas pangan. Kalau ada dukungan bupati/wali kota, kita bisa minimal penyerapan bansos sekitar 8.000 ton per bulan untuk 21 ribu KK di Sulselbar,” bebernya.
Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman mengatakan perlu strategi agar serapan Bulog bisa bersaing dengan pengusaha. Sehingga, stok Bulog bisa memenuhi cadangan yang diinginkan.
Lebih lanjut Sudirman mengatakan, minimnya stok bukan karena produksi macet. Akan tetapi, Sulsel terlalu banyak dikunjungi pembeli dari luar yang menawarkan harga di atas HPP Bulog.
"Banyak kita dapati pedagang dari Maluku dan lainnya belanja. Sehingga, kita perlu inovasi agar cadangan Bulog terpenuhi," terangnya.
(FAJAR)