Pemerintah Indonesia sendiri memperkirakan ekonomi akan tumbuh 5,3 persen. Pada kuartal pertama 2023 ini, ekonomi Indonesia tumbuh 5,03 persen. Pada sisi lain, angka inflasi dunia dan domestik diperkirakan akan meningkat. Ini artinya ada kenaikan harga-harga barang. “Dari angka-angka ini sangat jelas bahwa kita harus hati-hati dalam melakukan politik anggaran. Subsidi harus diberikan untuk yang prioritas dan mendesak, apalagi dalam kondisi ekonomi yang tertekan seperti saat ini dan ke depan,” katanya.
Selain itu, kata Gobel, Indonesia memiliki pekerjaan rumah yang besar. “Untuk bisa lepas dari middle income trap, ekonomi harus tumbuh minimal 6 persen. Sedangkan kita cuma bisa meraih 5 persenan. Tak heran jika statistik kita tentang pendapatan perkapita, angka kemiskinan, tingkat pengangguran, dan kualita sumberdaya manusia kita berada pada angka yang tak beranjak jauh,” katanya.
Sebagai contoh, katanya, tingkat kemiskinan yang ditargetkan di angka 6-7 persen, ternyata faktanya justru di angka 9,57 persen. Target tingkat pengangguran terbuka yang dipatok 3,6 – 4,3 persen, ternyata masih di angka 5,86 persen. Adapun pendapatan per kapita Indonesia saat ini berada pada angka 4.783 dolar AS. Angka ini masih jauh dari batas sekitar 12 ribu dollar AS untuk bisa disebut sebagai negara maju.
“Untuk membangun kemakmuran kita harus fokus membantu masyarakat yang berada di sektor-sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan UMKM. Mulai dari bantuan permodalan, infrsatruktur, hingga insentif bunga. Suku bunga UMKM kita masih terlalu tingggi,” ujar Gobel. (*)