MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia beberapa waktu lalu melaporkan peningkatan kasus penyakit menular seksual yaitu human immunodeficiency virus (HIV) dan sifilis di tahun 2023.
Pengelola Program HIV Dinas Kesehatan Kota Makassar Harfianti Firman mengungkapkan meskipun masih ada tantangan, tetapi penanganan kasus HIV/AIDS di Kota Makassar sendiri sudah cukup bagus melalui program-program yang dilakukan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait.
"Iya banyak datang di layanan-layanan (pemeriksaan). Stigma masih tinggi lah di masyarakat. Tapi mereka (pasien) mau percaya sama nakes," ucap Harfianti, Jumat (2/6/2023).
Salah satunya, dengan program tes Viral Load (VL) HIV yang tersedia di puskesmas secara gratis. Pemeriksaan tes VL ini ditujukan untuk individu yang mengidap HIV.
Tes VL HIV ini merupakan tes yang digunakan untuk mengukur jumlah virus HIV di dalam darah, sedangkan jumlah virus HIV di dalam darah disebut viral load, yang dinyatakan dalam satuan kopi per mililiter (mL) darah.
Viral load merupakan tolak ukur seberapa jauh dan cepat penyakit berkembang dalam tubuh yang diketahui lewat jumlah virus di dalam sampel darah.
Adapun layanan pemeriksaan Tes VL HIV tersebar dibeberapa di puskesmas yang berada di Kota Makassar yakni PKM Makassau, PKM Jongaya, PKM Andalas, PKM Jumpandang Baru, PKM Kassi-kassi, PKM Antang, PKM Sudiang Raya dan Praktter Bersama labbiri.
Harfianti menuturkan Dinas Kesehatan Kota Makassar mencatat saat ini ada sekitar 4 ribu orang yang sedang dalam masa pengobatan human immunodeficiency virus (HIV) di Kota Makassar. "Yang sedang berobat sekarang itu ada 4 ribu orang," ujar Harfianti.
Ia menuturkan kelompok usia terpapar HIV di Kota Makassar adalah mereka yang berusia produktif. Yakni, usia 25 hingga 40 tahun dengan penularan utama melalui seks bebas.
Sebagai langkah pencegahan, Harfianti mengatakan Dinas Kesehatan Kota Makassar terus memberikan edukasi tentang penyakit yang dapat ditularkan melalui seks bebas di semua Puskesmas.
Tak hanyay itu, kata Harfianti, fasilitas kesehatan di Kota Makassar juga dilengkapi dengan alat yang memadai untuk melakukan pemeriksaan HIV, termasuk tes cepat dan pemeriksaan laboratorium.
Maka dari itu, Harfianti menegaskan Dinas Kesehatan Kota Makassar mendorong individu untuk melakukan pemeriksaan HIV secara rutin.
"Langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi penyebaran HIV dan meningkatkan penanganan kasus HIV/AIDS di Kota Makassar," tutup Harfianti.
Sementara itu, Konselor HIV Puskesmas Makkasau, Elizabeth menuturkan pengecekan Tes VL dapat dilakukan bagi pengidap HIV yang telah mengonsumsi ARV (Anti Retroviral) selama 6 bulan.
Tujuannya, untuk memantau progres penanganan HIV dan memberikan layanan tes viral load secara gratis kepada siapa pun yang telah melewati masa 6 bulan konsumsi obat tersebut.
Elizabeth mengungkapkan program tes VL HIV dibuka untuk umum dan akan berlangsung selama bulan Juni 2023 mendatang. Ia melanjutkan program ini telah menarik banyak pasien untuk datang melakukan pengecekan. Tak hanya pasien dari Kota Makassar bahkan ada juga pasien dari luar daerah.
"Jadi siapapun dan dari manapun akses minum obat yang penting sudah lewat dari 6 bulan boleh tes viral load HIV gratis," terang Elizabeth.
Elizabeth mengatakan banyaknya pasien dari luar daerah yang berobat ke Kota Makassar khususnya di Puskesmas Makassau karena para pasien enggan mengakses layanan ditempat asal mereka dikarenakan rasa malu.
Meningkatnya jumlah pasien yang datang menunjukkan adanya kebutuhan yang besar dalam hal ini. Namun, kasus ini tidak hanya terjadi di Makkasau, tetapi juga di daerah-daerah lain.
Ia menambahkan peningkatan kasus HIV ini disebabkan oleh perilaku sex bebas tanpa pengaman. Sehingga, diperlukan intervensi dari pemerintah kota untuk menekan penyebaran penyakit ini.
Pasalnya, HIV tidak seperti penyakit umum seperti hipertensi yang disebabkan oleh pola makan yang buruk, HIV dapat menjangkiti siapa saja tanpa terlihat dari luar.
Maka dari itu, Elizabeth mengatakan kasus ini juga menunjukkan pentingnya edukasi dan pencegahan sejak dini. “Semakin dini seseorang menyadari kondisinya (mengidap HIV), semakin cepat penanganan dan pengobatan yang dilakukan, yang pada gilirannya meningkatkan peluang hidup yang lebih baik di masa depan,” pungkas Elizabeth. (sasa/B)