MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Virus Jembrana kembali menyerang ternak di Sulsel. Padahal, hewan tersebut bakal menjadi hewan kurban menjelang perayaan hari raya Idul Adha.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, belasan ekor sapi milik peternak di Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru mati mendadak, Rabu (7/6) kemarin.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan Nurlina Saking mengatakan untuk mengatasi persebaran virus jembrana itu masyarakat harus memperhatikan gejala-gejala pada hewan.
Apalagi kata dia, mendekati hari raya idul adha transaksi terhadap penjualan hewan kurban itu terbilang tinggi dan tentu pembeli terutama pedagang mesti cerdas melihat kondisi ternak. Sebab bisa saja para peternak menjual sapi dalam keadaan mengidap virus tersebut.
"Ini untuk pedagang, jangan tergiur membeli ternak yang murah karena kemungkinan besar ternak itu sedang mengandung (mengidap jembrana)," tukas Nrulina, Kamis (8/6).
"Peternak jangan menjual ternaknya yang sakit," timpanya.
Ia mengungkapkan, virus jembrana sendiri tidak dapat menular pada manusia atau mengganggu kesehatan manusia. Bahkan hewan yang sempat terserang panyakit itu dan telah disembeli dan dikonsumsi manusia.
"Insya Allah itu tidak apa-apa," paparnya.
Ia mengutarakan, secara teori Virus Jembrana itu persebarannya lebih lambat jika dibandingkan dengan persebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang juga sebelumnya marak di Sulsel.
Nurlina Saking menjelaskan, Virus Jembarana itu perpindahannya ada dua waktu. Pada siang hari itu ditularkan oleh lalat yang baru saja hinggap pada hewan yang tertular. Kemudian hinggap pada hewan yang sehat dan pada malam hari ditularkan melalui nyamuk yang telah mengigit hewan yang tertular lalu menggigit hewan yang sehat.
"Meski demikian daya terbang nyamuk itu jarang yang sampai 10 km, pun jika sampai virus itu akan mati dalam perjalanan, Penyebaran Jembrana Lebih lambat dari PMK," paparnya.
"Tapi daya mematikannya lebih tinggi kecepatan, sehigga pengobatan tidak efektif, kalah cepat dari serangan virusnya," imbuhnya.
Ia menekankan kepada para peternak dan pedangan agar lebih memperhatikan penaganan pencegahan yang secara penerapannya itu hampir sama dengan penyakit menular pada hewan lainnya.
"Peternak harus waspada dengan penerapan bio security yang ketat," ucapnya.
Ia melanjutkan, Bio Security itu prinsipnya tiga pertama mencegah masuknya penyakit di suatu wilayah, kemudian bilah wilayah itu sudah terkontaminasi tentu mencegah penyebaran penyakit dan terakhir adalah mencegah keluarnya penyakit itu dari wilayah yang sudah tertular.
"Jangan sampai juga keluar wilayah lain yang juga, kalau ternak kita sakit jangan keluarkan dari wilayah itu, kan bisa kembali ke lokasi kita," pungkasnya. (Abu Hamzah/B)