MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Sulawesi Selatan merupakan Pemasok Pangan Nasional saat ini, hanya saja beberapa komponen penunjang yang perlu diperhatikan salah satunya adalah Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT).
Sekertaris Dinas TPH-Bun Sulsel, Muhlis Mori mengatakan, untuk saat ini wilayah Sulsel yang memiliki wilayah pertanian cukup luas membutuhkan tambahan tenaga POPT.
Kata dia, saat ini Sulsel membutuhkan POPT yang potensial sebagai bagian dari perpanjangan tangan pemerintah untuk menyentuh langsung masyarakat dalam pertanian.
"Memang sekarang krisis SDM potensial karena tidak teraktual, karena tidak ada lagi pengangkatan POPT, sementara POPT itu pendidikan khusus dari jurusan sekolah pertanian dan itu sudah tidak ada, yang ada itu dari perguruan tinggi, namun tidak banyak yang direkrut," jelasnya saat dikonfirmasi, Minggu (9/7/2023).
Ia menuturkan, SDM potensial untuk POPT sendiri itu sangat di butuhkan saat ini dengan melihat jumlah SDM yang terus berukurang, pasalnya dalam kurun waktu yang cukup lama tak dilakukan pengangkatan untuk tenaga POPT secara khusus.
Ia membeberkan, untuk minat masyarakat yang memiliki kompetensi itu saat ini terbilang tinggi, hanya saja tak ada ruang (pengangkatan).
"Formasi pengangkatan tidak ada, peminat banyak, POPT itu akan habis. Pengangkatan massal terakhir itu tahun 1986," imbuhnya.
Ia menganalogikan, POPT sendiri bak dokter bagi tumbuhan yang secara detail memperhatikan tumbuh kembang tanaman yang tentu akan melahirkan penanganan yang sesuai dengan kondisi yang ada sesuai dengan gejala atau hama yang rawan untuk menyerang tumbuhan.
"Kita ini POPT hampir sama dengan dokter. Kalau dokter manusia bisa ditanya pasiennya, kalau dokter tanaman bagaimana bisa tanya pasiennya?," paparnya.
Bahkan kata dia, pelatihan juga rutin dilakuakan dengan frekuensi waktu tiga bulan sekali untuk tenaga POPT sendiri sehingga memang secara kualitas tidak diragukan lagi.
"Kalau ada hama baru dilatih lagi, sekarang sudah tidak ada karena sudah diserahkan di provinsi, provinsi juga, sekarang POPT hanya tinggal 69 orang," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Tanaman pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPH-Bun) Imran Jausi mangatakan, Pemprov sulsel menurunkan 1500 tenaga penyuluh pertanian terdiri dari tenaga ASN dan Non ASN, sebagai perhatian antisipasi dampak elnino yang diperkirakan akan memuncak pada Juli-Agustus ini.
"Kalau untuk penyuluhan di masyarakat di 24 kabupaten kota itu, ada lebih dari 1500 orang tim penyuluh yang terdiri dari tenaga ASN dan Non-ASN, ditambah dengan tenaga 100 lebih POPT untuk membantu masyarakat memaksimalkan sumberdaya dan segala persiapan menghadapi Elnino," sebutnya.
Kata dia, langkah itu dilakukan Sulsel karena kita termasuk provinsi utama dalam hal ketersediaan pasokan nasional (beras) telah menyiapkan langkah-langkah dan sosialisasi pun telah dilakukannya.
Bahkan tenaga penyuluh itu juga berfokus pada wilayah yang rawan dan sangat di antisipasi dari dampak elnino.
"Yang dianggap rawan itu yang punya kekeringan diatas 5 ribu hektar, ada batas rawan, istilahnya dari kementerian itu ada zona merah, kuning, hijau. Zona merah itu yang saya sebut di tiga kabupaten tadi sebagi sentra produksi padi. Itupun tidak semua titik jadi rawan," tuturnya.
Ia mengatakan, para penyuluh telah melakukan sosialisasi seperti memaksimalkan manejemen air dan pembenahannya, lalu memaksimalkan kepancaran aliran maupun irigasi sekunder bahkan penyediaan pompa air itu harus dengan baik.
"Itu semua disosialisasikan oleh penyuluh pertanian," pungkasnya. (Abu/B)