MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Fenomena urbanisasi masih menjadi suatu permasalahan serius diberbagai kota-kota besar di Indonesia. Salah satunya di Kota Makassar.
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto mengatakan kota adalah tempat yang terbuka, semua orang bisa datang ke kota. Namun, kata dia, persoalan juga datang.
Stigma kaum pendatang telah lama dilekatkan sebagai penyebab segala persoalan kota, seperti menjamurnya permukiman kumuh, pelayanan air bersih, sanitasi, rumah hunian buruk.
Tak hanya itu juga memperbanyak jumlah masyarakat yang sakit, meningkatnya angka kejahatan, memperparah kemacetan lalu lintas, hingga dicap sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial.
"Mulai dari anjal dan macam-macam persoalan. Gambaran itu memberi komitmen dari Apeksi bahwa kota harus punya posisi yang penting. Kalau ada UU Desa saatnya ada UU Kota,” terang Danny sapaan akrabnya saat ditemui usai pembukaan Rakernas XVI APEKSI, di Upperhills Convention Hall Makassar, Rabu (12/7).
Menurut Danny, kota menampung orang stres yang datang dari daerah. Sehingga hal itu menjadi persoalan di kota.
“Tak boleh bilang orang stres tak boleh datang ke Makassar. Akhirnya jadi persoalan di Makassar," ungkap Danny.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, mengatakan aktivitas di kota merupakan tempat atraksi untuk melakukan perputaran ekonomi.
Di Sulawesi Selatan, khususnya di Kota Makassar, kata Andi Sudirman merupakan HUB (penghubung) yang nyaman dari Barat maupun dari Timur.
“Sejak kemarin banyak macet di mana-mana (pagelaran Rakernas Apeksi 2023). Itu artinya ada perputaran ekonomi yang terjadi,” ujar Andi Sudirman.
Ia pun berharap Rakernas Apeksi menjadi tempat berbagi tentang keunggulan tiap kota. Sehingga terjadi percepatan akselerasi lewat replikasi dan duplikasi.
Apalagi, menurut Andi Sudirman, kota harus menjadi zona yang nyaman, bersih, dan aman untuk seluruh warga negara. (Sas/B)