Jelang Pileg 2024, Saling ‘Memanfaatkan’ di Pemilu

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Para bakal calon peserta Pemilu mulai mengasah strategi menghadapi momentum politik di 2024 mendatang. Potensi saling memanfaatkan pun akan terjadi.

Kendati para bakal calon potensi besar menarik pemilih yang beririsan. Misalnya satu suara untuk dua kontestan yang berlaga di perebutan kursi DPR RI dan DPD RI.

Sinyal ini mulai keliatan dengan mundurnya Iqbal Parewangi dari pencalonan DPD RI dari daerah pemilihan Sulawesi Selatan. Iqbal memilih 'banting stir' maju DPR RI di Dapil Sulsel 1 meliputi, Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan Selayar.

Alasan Iqbal memilih maju DPR RI mengendarai Partai Keadilan Sejahtera karena menyangkut kewenangan. Sebab kata dia, kewenangan DPD RI terbatas. Di sisi lain, bagi Iqbal peluang terpilih lebih besar di DPR RI.

"Alasan bahwa saya memilih DPR RI dikarenakan dukunganku, kedua peluangnya bagus dan ketiga paling utama kewenangan besar. Hitung - hitungan sederhana saya, 1 banding 9," ujar Iqbal, Jumat (14/7/2023).

"Insyaallah dengan kewenangan DPR yang sembilan kali lipat lebih, maka saya berikhtiar tentu hasil jauh lebih lagi," sambungnya.

Kemudian memilih bertarung di Dapil 1, diakui Iqbal karena mengacu perolehan suaranya ketika terpilih DPD RI 2014. Perolehan suara terbesarnya berada di wilayah Dapil 1.

"DPD RI kemarin perolehan suara saya dari 2014 naik signifikan 23 persen di 2019 dan hampir separuh, tepatnya 122 ribu suara itu adanya di Dapil 1. Hampir separuh pendukung saya di DPD RI selama ini adanya di Dapil 1," tukasnya.

Diketahui Iqbal Parewangi merupakan tokoh Muhammadiyah Sulsel yang pernah terpilih sebagai Senator periode 2014-2019. Namun periode berikutnya, 2019-2024, Iqbal tidak terpilih lagi.

Beragam spekulasi pun bermunculan mengenai sikap 'banting stir' Iqbal Parewangi dari DPD RI ke DPR RI, diantaranya diduga kuat dukungan warga Muhammadiyah ke Iqbal akan terpecah di pemilihan calon anggota DPD RI, karena majunya Elli selaku Ketua PP Muhammadiyah Sulsel.

Di sisi lain, majunya Iqbal mengendarai PKS karena menginginkan pemilihnya beririsan dengan petahana DPD RI, Tamzil Linrung. Mengingat Tamzil merupakan tokoh PKS Sulsel dan memiliki mesin pemenangan cukup kuat di Dapil 1, khususnya di Kota Makassar.

Pola ini, nampaknya akan diterapkan para bakal calon peserta lainnya. Seperti petahana DPD RI, Ajiep Padindang memilih pindah pertarungan ke DPR RI dan maju di Dapil 1 mengendarai Golkar. Langkah Ajiep ini pun sarat dengan majunya politikus Golkar, Abdul Waris Halid yang merupakan adik kandung Nurdin Halid dan Legislator DPRD Sulsel Golkar, Andi Hatta Marakarma.

Pengamat Politik Muhammad Asratillah menilai, pola ini bisa efektif atau sebaliknya. Sebab pertarungan di DPR RI persaingan lebih ketat ketimbang DPD RI yang meliputi 24 Kabupaten/Kota.

Di sisi lain, mesin partai tidak serta merta akan bergerak memenangkan figur tertentu. Apalagi di internal partai mereka pun terjadi persaingan.

"Tidak juga dengan mudah mereka mampu menggerakkan kekuatan kader-kader partai yang ada di daerah untuk kepentingan sosialisasi pencalonannya," katanya.

Namun kata Asratillah, pola ini akan optimal apabila internal partai sudah terjadi kesepakatan satu sama lain. Serta komunikasi berjalan intens antara tokoh partai yang maju di DPD RI dan DPR RI.

"Jadi kekuatan figur juga ikut menentukan totalitas perjuangan kader-kader partai di daerah untuk memenangkannya," imbuhnya. (Suryadi/B)

  • Bagikan