MAROS, RAKYATSULSEL - Tim Pengabdi Universitas Muslim Indonesia (UMI) berkolaborasi dengan dosen Pengabdi Universitas Megarezky meningkatkan kapasitas kelompok kader kesehatan dan kelompok Karang Taruna Bukit Kemuning untuk menjadikan Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros sebagai desa sehat sentra edukasi kesehatan ibu dan anak berbasis integrasi sistem teknologi virtual reality dan diversifikasi produk olahan daun kelor melalui kegiatan Pemberdayaan Desa Binaan (PDB).
Kegiatan PDB ini dilakukan oleh Tim Pengabdi yang terdiri dari Dr Yusriani, SKM., M.Kes, (Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat) Dr Ir Ida Rosada, M.Si (Dosen Fakultas Pertanian), Dr dr H Muh Khidri Alwi, M.Kes (Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat), Dr Rika Handayani, SKM., M.Kes (Dosen Universitas Megarezky), dan dosen ahli bidang ilmu komputer Ir Syahrul Mubarak Abdullah, M.Kom.
Kemudian berkolaborasi dengan alumni dan mahasiswa dari Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat dan mahasiswa Sarjana Ilmu Komputer Universitas Muslim Indonesia yang bermitra dengan kelompok kader kesehatan dan kelompok Karang Taruna Bukit Kemuning untuk menjadikan Desa Pucak.
Dr Yusriani, selaku Ketua Tim Pengabdi mengatakan, kegiatan PDB ini mendapatkan bantuan pendanaan dari Direktorat Riset, Teknolog,i dan Pengabdian Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, Teknologi. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Tahun 2023 dan telah disosialisasikan kepada pemerintah serta masyarakat kelompok kader kesehatan dan Kelompok Karang Taruna Bukit Kemuning untuk menjadikan Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros.
Kegiatan PDB diikuti oleh 40 orang masyarakat yang merupakan anggota kelompok kader kesehatan dan Kelompok Karang Taruna Bukit Kemuning Desa Pucak. "Antusiasme peserta PDB sangat tinggi karena program ini merupakan kegiatan perdana yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat Desa Pucak khususnya dalam mencegah dan menanggulangi kasus stunting," ujar Dr Yusriani.
Menurut Dr Yusriani, bahwa Kesehatan ibu dan anak masih menjadi permasalahan utama kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di daerah pedesaan. Desa Pucak merupakan salah satu desa binaan Universitas Muslim Indonesia di Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros yang memiliki banyak masalah di bidang Pendidikan dan Kesehatan Ibu dan Anak.
"Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya pemberian edukasi kesehatan di Desa Pucak belum berjalan dengan baik sehingga kasus stunting mengalami peningkatan. Desa Pucak juga memiliki potensi sumber daya manusia seperti kader dan karang taruna, dan sumber daya alam yang dihasilkan dari tanaman kelor yang sangat melimpah dan tumbuh subur di lahan/pekarangan rumah masyarakat," jelasnya.
Kegiatan pendidikan dan pelatihan ini dilaksanakan selama 4 hari 22-25 Juli 2023. Anggota tim PKM yaitu Dr dr H Muh Khidri Alwi, membahas tentang pencegahan dan penanggulangan stunting melalui metode ceramah, diskusi dan praktek. Sehingga melalui kegiatan ini, pengetahuan, sikap dan keterampilan kelompok kader kesehatan dan Kelompok Karang Taruna Bukit Kemuning Desa Pucak dapat lebih ditingkatkan," ujar Muh Khidri Alwi.
Sementara Dr Ir Ida Rosada, membahas tentang manfaat daun kelor melalui metode ceramah, diskusi dan praktek. Sehingga pemahaman mitra dalam pemanfaatan daun kelor semakin meningkat.
"Pada kegiatan PDB dilakukan praktik pengolahan daun kelor menjadi panada isian daun kelor, diversifikasi produk olahan daun kelor merupakan sebuah inovasi yang dapat mencegah kejadian stunting, karena daun kelor mengandung zat gizi tinggi. Praktik ini diharapkan melengkapi kapasitas masyarakat setempat dalam melakukan langkah pencegahan stunting dengan pemanfaatan daun kelor yang banyak tumbuh disekitar lingkungan masyarakat setempat," terangnya.
Menurutnya, bayi dan anak-anak pada masa pertumbuhan dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO untuk mengkonsumsi daun kelor. Perbandingan gram daun kelor mengandung : 7 x vitamin C pada jeruk, 4 x calcium pada susu, 4 x vitamin A pada wortel, 2x protein pada susu, 3x potasium pada pisang.
National Institute of Health (NIH) pada 21 Maret 2008 mengatakan, bahwa pohon kelor telah digunakan sebagai obat oleh berbagai kelompok etnis asli untuk mencegah atau mengobati lebih dari 300 jenis penyakit.
Tradisi pengobatan ayuverda India kuno menunjukkan bahwa 300 jenis penyakit dapat diobati dengan daun Moringa Oleifera (Daun Kelor). Kelor adalah tanaman yang bisa tumbuh dengan cepat, berumur panjang, berbunga sepanjang tahun, dan tahan kondisi panas ekstrim. Penelitian terhadap manfaat tanaman mulai dari daun, kulit batang, buah sampai bijinya, sejal awal tahun 1980-an telah dimulai.
Diversifikasi pengolahan daun kelor menjadi panada isian daun kelor dapat menciptakan peluang usaha dari produknya tersebut. Panada isian daun kelor ini merupakan sebuah inovasi baru yang unik dan langka. Selain itu bahan dasar pembuatannya mudah didapatkan, dan menghasilkan produk yang memilki kandungan gizi yang baik, juga memliki nilai jual.
Sementara itu, Dr Rika Handayani (Dosen Unimerz) membawakan materi tentang penilaian status gizi melalui metode ceramah, diskusi, dan parktek pengukuran dan penilaian status gizi. Adapun Ir Syahrul Mubarak Abdullah, membawakan materi tentang penggunaan VR (Virtual Reality) dalam melakukan proses edukasi kesehatan ibu dan anak.
Kepala Desa Pucak, Abdul Razak menjelaskan bahwa Program Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) ini sangatlah diharapkan oleh masyarakat setempat karena kegiatan ini pertama kalinya diselenggarakan.
"Sehingga mampu meningkatkan kapasitas kemampuan masyarakat untuk hidup sehat serta melakukan pengolahan daun kelor untuk pencegahan stunting," terangnya.
Pada kegiatan PDB ini tim pengabdi juga melakuakn penyerahan alat teknologi Virtual Reality, penyerahan alat dan bahan pengolahan daun kelor menjadi produk makanan baru seperti panada isian daun kelor, serta penyerahan alat pengukuran dan penilaian status gizi anak balita.
"Semoga dengan kegiatan ini status kesehatan ibu dan anak khususnya di Desa Pucak semakin meningkat,” ucap salah satu peserta PDB.
Melalui kegiatan PDB ini memberikan dampak pada peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pelayanan masyarakat desa sehingga mitra mampu terlibat aktif dalam mempertajam arah kebijakan perencanaan pembangunan desa yang difokuskan untuk mewujudkan desa sehat dan sejahtera. (*)