Misalnya saja, jelas Ilyas, saat ini cuaca di perairan Timur Sulsel sedang tidak mendukung aktivitas nelayan. Berbeda dengan perairan Selatan yang saat ini dinamika cuacanya membaik.
"Misalnya di Bontobahari yang menurun dari Januari ke Juni, tetapi di Maccini Baji Pangkep justru naik. Kemudian di Untia itu naik terus produksinya, mungkin nelayan juga memilih menjual ikannya di Kota Makassar karena harganya lebih bagus," terangnya.
Ia membeberkan, Produksi ikan tersebut dipasarkan secara regional di Sulawesi Selatan. Meskipun, ada juga yang dijual secara nasional bahkan ekspor.
Ia mengutarakan, di sisi lain DKP juga punya kebijakan mempermudah nelayan Sulsel menangkap ikan di perairan luar Sulsel. Di mana mereka juga dimudahkan untuk memasarkan ikan di daerah tujuannya. Ia menganggap itu bukan kendala bagi peningkatan produksi di PPI. Melainkan justru membantu masyarakat memperluas jangkauan pasarnya.
"Kalau kita di sini yang jelas bagaimana agar subsidi BBM (solar) itu benar-benar sampai ke mereka (nelayan). Kemudahan perizinan, membantu sarana dan prasarana," tukasnya.
Selain itu, lanjut Ilyas fungsi pengawasan juga dilakukan oleh pihaknya terhadap destruktif fishing. Sebab, itu akan membahayakan tempat hidup ikan dan produksi di PPI akan menurun.
"Penertiban operasi alat tangkap yang ilegal. Kemudian memobilisasi sebagian armada kita (Nelayan Sulsel) untuk bisa beroperasi di perairan wilayah lain, itu upaya kita untuk menjaga sustainability produksi ikan kita," pungkasnya. (Abu/B)