MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar kembali mengukuhkan 3 Guru Besar di bidang keilmuan masing-masing.
Dengan dikukuhkannya 3 guru besar ini, kini UMI memiliki 56 orang Profesor, sekaligus menjadi perguruan tinggi terbanyak yang memiliki Profesor di lingkup LLDikti Sultan Batara wilayah IX Sulawesi.
Mereka yang dikukuhkan adalah. Pertama, Prof. Dr. Roslina Alam, judul pidato" Kepemimpinan Tradisional Dalam Perspeltif Transformasi Digital".
Kedua, Prof. Dr. Dahliah, judul pidato "Kemiskinan Nelayan Pesisir Kota Makassar dan Budaya Siri' Na pacce Dalam Perspektif Islam".
Ketiga, Prof. Netty, judul pidato " Penggunaan Mikroba Dalam Bidang Pertanian Organik Untuk Memacu Kemandirian Petani".
Rektor UMI Makassar, Prof. Dr. Basri Modding menyampaikan bahwa saat ini UMI sudah memiliki 56 guru besar atau Profesor di bidang masing-masing.
"Bertambah 3 guru besar. Maka Profesor m ke 54, 55 dan 56. Nanti ada lagi bertambahan. Saya sampaikan selamat," ucapnya.
Rektor dua periode itu berharap semoga penerimaan Profesor bisa meningkatkan peran UMI sebagai bagian dari masyarakat.
Menurutnya, UMI tidak hanya sekadar mencetak sarjana, Magister atau guru besar. Melainkan pendidik dan peneliti ditunggu masyarakat sebagai wujud pengabdian.
"UMI aktif kita lari mengejar ketertinggalan di nasional. Pengembangan teknologi, informasi dan riset majunya UMI. Tantangan kedepan sangat komplet. Bertambah guru besar bertambah energi semangat UMI maju kedepan," tukasnya.
Sedangkan, Ketua Dewan Guru Besar UMI, Prof Dr. Mansyur Ramly, mengungkapkan bertambah 3 guru besar akan menambah SDM di lingkup UMI.
"Alhamdulillah pemambahan 3 Profesor. Insya Allah ini memecah rekor muri. Harus memberikan karakteristik beda di UMI. Karena identitas kita beda dengan kampus lain," katanya.
Menurutnya, guru besar tidak fokus pada bidang ilmunya, tapi merambah memecahkan maslah dalam lain kehidupan keseharian. Terutama berbangsa dan bernegara.
"Gueu besar punya karakteristik yakni integritas tinggi. Ada guru besar dipecat karena kurang integritas.
Mengajar sekarang sesuai perkembangan, maka guru besar punya kebiasaan sikap, update, memfalidasi pengetahuan. Guru besae harus punya intelektual bukan arogan," pungkasnya. (Yadi/B)