JAKARTA, RAKYATSULSEL - Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani menyebut Pekerja Migran Indonesia (PMI) lebih terhormat atau mulia daripada pejabat negara yang melakukan korupsi. Pasalnya, PMI merupakan penyumbang devisa terbanyak nomor dua setelah sektor migas.
"Bayangkan para PMI ini setiap tahunnya memberikan sumbangan devisa kepada negara Rp159 triliun, devisa diambil dari gaji PMI setiap bulannya, bayangkan mulianya PMI," kata Benny kepada wartawan di sela melepaskan 233 PMI ke Korea Selatan, Senin (15/8/2023).
"Artinya PMI ini lebih mulia daripada pejabat yang melakukan korupsi, mereka pejabat-pejabat dihidupkan dari gaji PMI. Biaya anak dan istri mereka sampai fasilitas lainnya ditanggung dari devisa PMI, tapi mereka tidak malu masih melakukan korupsi," sambungnya.
Benny kembali menegaskan bahwa pekerja migran merupakan status terhormat, karena merupakan pahlawan devisa. Bahkan, kata Benny, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkannya secara khusus untuk memuliakan para PMI.
"Seperti Presiden Jokowi katakan, perintah pada saya, 'Mas, selalu sebut kepada mereka bahwa mereka pejuang keluarga dan pahlawan devisa bagi negara'. Pak Jokowi punya perhatian serius kepada pekerja migran," ujar Benny
Wakil Ketua Umum Partai Hati Nurani (Hanura) itu sendiri mengaku kerap terharu ketika bertemu calon atau para PMI. Sebab, para PMI merupakan orang-orang hebat yang berani bermimpi untuk masa depan mereka, dengan meninggalkan kampung halaman dan Tanah Air.
"Dan hebatnya mereka ini mereka bekerja, mendapatkan penghasilan dengan pekerjaan dan sebagian dari hasil pekerjaan mereka, mereka sumbangkan untuk negara ini," kata dia.
Menurut Benny, ia maupun para PMI, sepatutnya bersyukur memiliki presiden seperti Jokowi, yang memiliki kepedulian luar biasa terhadap nasib PMI. Benny memandang, kepedulian mantan Wali Kota Solo itu tak main-main. Ini ditunjukkan betapa marahnya Jokowi ketika mengetahui nasib para PMI yang direndahkan, dihina serta dieksploitasi.
"Saya ingat, saya dilantik 15 April 2020 tiga tahun lalu. Setelah pelantikan, sebelum kembali ke rumah, beliau titipkan pesan, 'Mas tolong lindungi mereka dari ujung rambut sampai ujung kaki'. Itu yang menjadi jargon kita hari ini, semangat kerja BP2MI," papar Benny.
"Setelah dua bulan saya dilantik, beliau mengundang saya di Istana Bogor, bertiga, saya ngobrol di ruangan beliau. Pak Presiden di depan saya, saya, kemudian Pak Pratikno, Pak Mensesneg. Cukup kaget dengan pertemuan itu, Pak Alwaini, pertemuan ini cukup penting untuk saya informasikan ke banyak pihak. Beliau dengan nada tinggi, emosional, menyampaikan banyak hal kemarahan atas eksploitasi, kekejaman yang banyak dilakukan oleh aparat negara," lanjut dia.
Benny memaparkan, kekejaman dan eksploitasi ini, misalnya ketika para PMI pulang ke Tanah Air, dimana mereka mendapatkan perlakuan tidak hormat, terlantar, hingga tidak ada yang mengurus. Bahkan, kata dia, mereka diperas untuk menukarkan dolar di loket-loket di bandara, yang ternyata menjadi bisnis oknum-oknum tertentu, termasuk dari BP2MI.
"Digiring naik bus, naik kendaraan roda empat dengan harga yang mahal, yang itu menjadi bisnis oknum-oknum tertentu termasuk oknum di BP2MI, lembaga dulu," tutur Benny.
"Kalau dolar, satu dolar Rp 13 ribu, hanya dibayar Rp 10 ribu. Ini kan kejahatan-kejahatan yang dulu sering terjadi. Selalu ada penghinaan, selalu ada cara-cara merendahkan martabat pekerja kita. Presiden marah melihat situasi ini," sambung Benny.
Karenanya, saat ini BP2MI mewujudkan perintah Jokowi terkait nasib PMI, melalui berbagai program yang dibuat dan dijalankan lembaga.
Di sisi lain, BP2MI juga terus mengingatkan agar para pekerja migran berangkat ke luar negeri secara legal atau sesuai prosedur. Agar, pelindungan ekonomi, sosial dan hukum yang diberikan negara melalui BP2MI, bisa optimal.
Terakhir, Benny pun berpesan agar calon pekerja migran yang hendak bekerja di Singapura, maupun para PMI secara keseluruhan, untuk bangga dengan apa yang mereka kerjakan saat ini. Jangan ada pola pikir minder ataupun rendah diri, atas status pekerja migran yang melekat pada mereka.
"Nah adik-adik sekalian yang berangkat ke Singapura harus berangkat dengan kepala tegak. Harus kembali ke Tanah Air dengan membusungkan dada. Kalian itu orang hebat," kata Benny.
"Karena dulu, kita dirusak oleh oknum-oknum penyelenggara negara sendiri yang merawat mindset yang keliru, bahkan destruktif. Misalnya kalau memandang PMI atau dulu TKI itu memandang sebagai orang rendahan. Orang-orang yang dianggap sebagai sumber masalah bagi negara," tandasnya. (*)