MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pertarungan perebutan kursi DPR RI Partai Golkar Daerah Pemilihan (Dapil) Sulawesi Selatan I diprediksi bakal berlangsung kompetitif.
Hamka B Kady selaku petahana tergolong cukup kuat. Raupan suaranya dari dua kali Pemilu melonjak signifikan.
Anggota DPR RI Dapil Sulsel I ini sudah dua kali terpilih. Sejak pemilu 2014 hingga pemilu 2019.
Di pemilu 2019, Hamka B Kady berhasil meraup suara sebesar 86.736 suara atau 45 persen dari total perolehan suara partai Golkar di Sulsel I.
Hamka berada di peringkat kedua suara terbesar dari 8 daftar Caleg peraih suara terbanyak 2019 lalu.
Pada Pemilu 2024 mendatang, Hamka memastikan diri kembali menjadi kontestan untuk periode ketiga di Senayan.
Analis politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Andi Luhur Prianto mengatakan sosok Caleg incumbent atau petahana memiliki keunggulan dan keuntungan yang berbeda dengan Caleg pendatang baru.
"Caleg incumbent punya privilege (keuntungan) yang berbeda. Sepanjang periode jabatan telah membangun engagement (interaksi) dengan pemilih. Program yang dibawa ke Dapil pun menjadi kegiatan soft-campaign yang didukung pembiayaan negara," jelas Luhur di Makassar, Senin (21/8/2023).
Soal persaingan Caleg DPR RI Partai Golkar Dapil Sulsel I, Hamka B Kady akan bersaing dengan figur kuat yang notabene dinilai memiliki basis elektoral yang real.
Salah satunya, Liestiaty Fachruddin istri mantan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah.
Pengaruh elektoral Nurdin Abdullah sebagai mantan Gubernur dan juga mantan Bupati Bantaeng dua periode dianggap masih sangat besar. Terutama di wilayah selatan Sulsel.
Menurut Luhur, persaingan antar Caleg yang kompetitif, secara agregat menguntungkan perolehan suara partai, dalam hal ini menguntungkan Partai Golkar.
"Bagaimanapun proses hukum yang telah dijalani, modal sosial politik yang dimiliki mantan Gubernur Nurdin Abdullah masih bisa dikonversi menjadi dukungan di Pileg. Bisa menggerakkan kembali simpul-simpul tim politiknya," kata Luhur.
Meskipun, tegas Luhur, tidak bisa langsung dibandingkan dengan perolehan suara Caleg incumbent.
"Keduanya punya basis engagment pemilih yang berbeda. Sehingga hasilnya bisa berbeda pula," pungkasnya. (*)