Pertama, kampus adalah laboratorium politik, semua dimensi ilmu pengetahuan ada di dalamnya. Terkait kampus sebagai medium kampanye, bukan berarti sebatas menyampaikan pikiran para politis/capres.
"Tetapi yang terpenting adalah mendebatkan pikiran di dalam kampus. Posisi kampus jelas sebagai instrument controlling bagi kekuasaan. Akan tetapi apakah kemudian kampus akan netral dalam urusan politik ini juga jadi soal," ujarnya.
Yang kedua, ini peluang bagi perkembangan demokrasi, sebab klu semua jenjang pendidikan menjadi sarana kampanye politik, di satu sisi baik bagi pendidikan politik, namun disisi yang lain terlalu dini memperkenlakan hal-hal yang ruwet pada peserta didik.
"Dan itu juga tidak menjamin netralitas pendidik dalam soal dukung mendukung. Tetapi pada prinsipnya ini satu kemajuan ketika sarana pendidikan menjadi ajang kampanye, tetapi sangat diharapkan sektor pendidikan menjadi pengujian pikiran, visi, misi kontestan pemilu," tukasnya. (Yadi/B)