Ramli menegaskan, Anies di-reshuffle bukan karena kinerjanya buruk, tapi lebih kepada kebutuhan politik Presiden Jokowi kala itu yang ingin mengakomodir Muhammadiyah.
"Bukan karena kinerjanya. Justru kinerja Pak Anies bagus. Waktu itu Pak Jokowi butuh dukungan Muhammadiyah, kalau NU kan sudah. Muhammadiyah tidak meminta apapun kecuali satu jabatan menteri saja dan harus di situ yakni Menteri Pendidikan. Sementara Anies kan sudah disitu," ungkap Ramli kepada fajar.co.id di Makassar, sesaat lalu.
Ramli menyatakan, kepentingan Muhammadiyah sebenarnya bukan hanya sekadar jabatan, tapi bagaimana lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah bisa terayomi dengan baik oleh Kementerian.
Sebelum di-reshuffle, ungkap Ramli, Anies terlebih dahulu dipanggil menghadap Presiden Jokowi guna mengabarkan pemberhentian tugas tersebut.
Dalam pertemuan itu, Anies juga sempat ditawarkan jabatan lain, tapi dengan tegas ia menolak tawaran menggiurkan tersebut.
"Jadi waktu itu Pak Jokowi sudah panggil Anies sebelum diganti. Anies sebenarnya ditanya, setelah ini Anies mau dimana. Termasuk Yuddy Chrisnandi (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) bersamaan itu ditanya mau kemana? Kalau Yuddy jawab terserah pak presiden, saya ditugaskan ke mana saya siap. Kalau Anies cuma bilang pak presiden sudah mencukupkan, saya cukup sampai di sini," beber mantan Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI).
Diketahui Anies sempat menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) masa pemerintahan Jokowi 2014-2019.
Ia dilantik jadi Mendikbud pada 27 Oktober 2014, kemudian dicopot dalam reshuffle kabinet jilid II, 27 Juli 2016. (fajar online)