"Keempat, kembalinya PKB dan PBNU ke Ganjar, adalah khithah tradisi politik NU yang selalu memihak kepada pemenang atau berpotensi menang," tuturnya.
Dia menyebutkan bagi PKB atau NU, mengubah pilihan Prabowo ke Ganjar adalah hal sederhana. Pasalnya, koalisi pimpinan Gerindra secara "ideologi" beda warna politik kaum nahdiyin secara umum.
Menurutnya, sejarah nahdiyin lebih lekat dengan PDI Perjuangan.
"Sementara, lintasan sejarah keluarga Prabowo, yakni ayahnya lebih dekat dengan langgam politik partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)" jelasnya.
Walakin, hingga kini belum ada semacam "referendum" terkait siapa selain Cak Imin yang disepakati oleh Nahdiyin sebagai cawapres.
"Selagi tidak ada referendum tentang kesepakatan calon yang diusung Nahdiyin, kebesaran NU fatamorgana adanya," kata Sholeh. (jpnn)