PAREPARE, RAKYATSULSEL - Menguat tiga nama yang diusung Penjabat (Pj) Walikota Pare-pare oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pare-pare diantaranya, Muhammad Husni Syam, dr Renny Anggraeni dan Muhammad Hatta.
Salah satu dari Ketiga nama tersebut, mendapat sorotan dari Pegiat Anti Korupsi Djusman AR. “Intinya kita tidak bermaksud merintangi atau menghalangi oknum tersebut untuk mendapatkan jabatan selaku PJ Walikota,” kata Djusman AR yang juga Koordinator Forum Komunikasi Lintas (FoKaL) NGO Sulawesi, itu.
“Namun harusnya dengan statusnya yang terperiksa atau sedang menjalani proses hukum di KPK menjadi pertimbangan. Kita tidak bisa bayangkan kalau tetiba terjadi perubahan status terhadap yang bersangkutan, misalnya TSK, kan parah jadinya,” tambahnya.
Lanjut Djusman AR, Ia mengatakan bahwa pernyataannya merupakan bagian dari pencegahan tindak pidana korupsi.
“Apa yang kami soroti ini juga merupakan bagian dari upaya pencegahan korupsi guna mewujudkan good governance and clean goverment dan pastinya juga tidak bermaksud mengabaikan azas praduga terhadap yang bersangkutan,” tuturnya.
“Mestinya sebelum pengajuan nama-nama terebut oleh DPRD ada upaya tracking untuk lebih mengenal dan mengidenfikasi nama yang diajukan,” ungkap Djusman AR yang juga Koordinator Badan Pekerja Komite Masyarakat Anti Korupsi (KMAK) Sulselbar.
Ia berharap pernyataannya tersebut menjadi pertimbangan yang mempunyai kewenangan dalam penunjukan Pj Walikota Pare-pare.
“Kami selaku Pegiat Anti Korupsi berharap apa yang kami sampaikan dapat menjadi pertimbangan di DPRD dan Kemendagri sebagai wujud responship terhadap upaya peran serta masyarakat dalam menyampaikan saran dan pendapat serta kritikan,” harapnya.
Dilansir dari media kumparan.com (19/6/2023), KPK mengungkap ada tiga klaster yang tengah diselidiki terkait dugaan korupsi di Kementerian Pertanian.
Direktur Penyidikan yang sekaligus Plt Deputi Penindakan dan Eksekusi Asep Guntur membenarkan adanya nama Direktur Alat dan Mesin Pertanian pada dugaan korupsi di Kementerian Pertanian tersebut.
“Termasuk ada nama yang Mas Mario itu [Muhammad Hatta, Direktur Alat dan Mesin Pertanian – red] ada di klaster yang lain. Kami juga sudah mencatat dan berikan kami waktu untuk menggali klaster-klaster ini,” jelas Asep. (*)