Kades Lampoko juga mengungkapkan, bahwa kehadiran PLTU Barru sangat terasa manfaatnya bagi masyarakat, khususnya kehidupan ekonomi masyarakat Desa Lampoko.
"Kalau dulunya warga selalu merantau untuk mencari kerja, dengan kehadiran PLTU Barru yang mengutamakan warga lokal akhirnya merubah perekonomian masyarakat," ungkap Budiman.
Peningkatan perekonomian masyarakat bisa terlihat , lanjutnya, dimana saat ini hampir setiap rumah sudah punya kendaraan sendiri baik motor maupun mobil, bahkan ada yang memiliki rumah yang tergolong cukup mewah.
"Ada beberapa warga yang bisa dibilang telah mandiri dan bahkan memiliki perusahaan sendiri untuk mensuplai kebutuhan PLTU Barru," jelas Budiman.
Sementara Miduk Hutasoit, selaku Asisten Manager Administrasi PT PLN Indonesia Power mengaku, tak menampik adanya keluhan dari warga setempat soal debu, namun dirinya mengatakan debu bukan hanya dari PLTU Barru seperti yang dituduhkan, tapi karena disekitar pemukiman yang satu lokasi dengan PLTU disitu juga ada tambang galian C.
"Jangan karena nila setitik, merusak susu sebelanga. Debunya bukan hanya dari PLTU Barru, disitu kan juga ada tambang galian C," guraunya.
Dengan keberadaan PLTU Barru, jika dahulu Desa Lampoko merupakan Desa yang menggantungkan perekonomiannya dari sektor nelayan dan pertanian, kini banyak beralih menjadi pekerja di Perusahaan penyuplai listrik tersebut.
"Hampir 60 persen pekerja di PLTU Barru saat ini merupakan tenaga lokal dari Desa Lampoko, yang menempati berbagai posisi dan pekerjaan di perusahaan. Jika dilihat dalam lingkup Kabupaten Barru, maka ada kurang lebih 80-90 persen tenaga kerja di PLTU Barru merupakan putra daerah," pungkasnya. (Amran)