BERNYALI dan mudah bergaul. Itulah gambaran sosok Budi Arta Winata, saat masih duduk di bangku SMP. KARAKTER Budi saat sekolah dikisahkan Iqbal, teman kelasnya.
“Kebetulan Budi tinggalnya di Kampung Baru dan saya tinggalnya di Bajo,” kata Iqbal yang kini bermukim di Desa Kurrusumanga, Belopa, Rabu 13 Mei.
Iqbal menceritakan, dia mengenal Budi sejak tahun 1988. Kebetulan satu sekolah dan satu kelas di SMPN 1 Bajo. Setiap pulang sekolah, dia bersama Budi dan temanteman lainnya tidak langsung pulang ke rumah. Mereka justru pergi mencari mangga dan durian. Kebetulan pada waktu itu, masih banyak
pohon mangga dan durian tumbuh subur di Bajo.
Terutama di hutan-hutan. Menurut Iqbal, Budi tidak ada takutnya. Padahal, mangga dan durian di lahan
kosong tersebut dipenuhi semak belukar. Mangga dan durian yang mereka dapat dibawa ke sungai untuk
dimakan bersama. Saat di sungai, dia bersama Budi dan teman-temannya mandi-mandi sambil mengumpulkan batu. Batu yang dikumpul ini untuk diambil mobil truk. Batu
sungai ini untuk kebutuhan fondasi rumah. Mereka diberi upah.
“Kebetulan di era-80- an, masih banyak batu besar yang ada di Sungai Bajo yang merupakan aliran Sungai Latimojong,” ungkap Iqbal.
Pada masa itu, anakanak kampung di Bajo belum mengenal televisi. Hanya satu-dua orang di Bajo yang punya televisi. Makanya, dia bersama Budi banyak bermain di sungai. Kadang
bermain kelereng atau gasing.
Menurut Iqbal, saat itu Budi benar-benar pemberani. Tidak ada rasa takutnya terhadap daerah yang dikeramatkan. Semua daerah yang dikeramatkan, justru dia datangi. Namun, jelas Iqbal, Budi mudah bergaul. Sangat ramah. Makanya, waktu SMP Budi ini sangat dikenal di kampungnya. Bukan hanya
anak di Kampung Baru yang mengenalnya. Tapi, juga Desa Balla, Desa Rumaju, dan desa tetangga lainnya.
Bahkan hampir sebagian besar warga kecamatan Bajo mengenalnya.
“Pokoknya, tidak ada anak SMP tidak kenal,” ujarnya. Selain itu, Budi dikenal di sekolah sebagai anak pintar. Budi selalu rangking dari kelas satu hingga kelas tiga
SMP. Dia menguasai semua mata pelajaran. “Termasuk sangat menguasai pelajaran matematika yang diajarkan guru kami Pak Rahim Adhar,” ungkap Iqbal. Iqbal berpisah dengan Budi saat tamat SMPN 1 Bajo tahun 1991. Waktu itu, Budi melanjutkan studi di STM di Palopo. Sementara dia lanjut sekolah di SMAN 1 Belopa. Setelah itu tidak ada lagi informasi soal Budi. Akan tetapi, dua tahun lalu Iqbal bertemu Budi yang pulang kampung di Bajo saat Lebaran.
“Saya sempat ketemu. Sampaikan salamku nah sama Beliau,” kata Iqbal. (*)